Dalam analisis Politician Academy, demikian Bonggas Adhi Chandra, ada lima (5) faktor utama yang membuat para petahana di NTT gagal dalam kontestasi politik.
Baca Juga: PAN Manggarai Barat Targetkan Usung Kader Pada Pilkada 2024
Pertama, petahana tidak mampu menjalankan janji kampanye. Kedua, petahana gagal membawa kemajuan bagi daerah.
"Ada banyak indikator majunya satu daerah. Seperti pertumbuhan ekonomi, angka kemiskinan, tingkat pengangguran dan IPM. Bisa jadi indikator tersebut rata-rata di bawah, sehingga membuat kepercayaan pemilih kepada petahana menjadi turun," paparnya.
Ketiga, petahana tidak pandai mengkomunikasikan pencapaian selama periode kepemimpinan.
Baca Juga: Armand Maulana: Labuan Bajo Keren, Tak Usah Jauh-jauh ke Luar Negeri
"Bisa juga petahana gagal, padahal ada kemajuan dan perbaikan. Mereka gagal karena tidak bagus mengomunikasikan kemajuannya dengan masyarakat. Masyarakat jadi tidak tahu ada kemajuan. Jadi di sini, manajemen komunikasinya penting sekali," tegas Doktor lulusan University of Queensland, Australia ini.
Keempat, penantang atau kompetitor lebih menarik. Kelima, rakyat NTT sudah cerdas dalam memilih pemimpin.
"Salah satu ciri masyarakat yang cerdas dalam memimpin, kalau petahana gagal membawa perubahan, ya say good bye, tinggalkan," pungkas Bonggas Adhi Chandra.***