Diskusi Publik di Unika St Paulus Ruteng, Bonggas Adhi Chandra: Mahasiswa Harus Melek Politik

25 November 2021, 20:16 WIB
Bonggas Adhi Chandra (tengah) dan Stefanus Gandi (kanan) saat berbicara dalam diskusi publik yang dihadiri sekitar 200 mahasiswa Unika St Paulus Ruteng. /Labuan Bajo Terkini/ Marianus Susanto Edison

LABUAN BAJO TERKINI - Mahasiswa tidak boleh alergi politik. Mahasiswa mesti melek politik.

Demikian ditegaskan pendiri Politician Academy, Bonggas Adhi Chandra, saat tampil sebagai pembicara dalam Diskusi Publik “Gen Z dan Panggung Politik", yang berlangsung di Kampus Unika St Paulus Ruteng, Rabu 24 November 2021.

Diskusi publik ini diselenggarakan atas kerja sama Lembaga Konsultan Politik Politician Academy dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unika St Paulus Ruteng.

Di hadapan sekitar 200 mahasiswa yang hadir, Bonggas Adhi Chandra menegaskan, kehadiran Gen Z (milenial) pada pentas panggung politik sangat menentukan masa depan bangsa.

Baca Juga: Wakil Bupati Manggarai: Kalau tidak Ada Kenangan yang Baik, Kami Siap Ditinggalkan

Executive Director Politician Academy ini pun merujuk data, di mana dari 270,20 juta jiwa penduduk Indonesia, 25,87 persen di antaranya adalah kaum milenial. Adapun gen Z sebanyak 27,94 persen.

"Dengan demikian, terdapat sekit 53,8 persen orang muda yang akan menentukan arah pergerakan negara bangsa pada masa yang akan datang," ucapnya.

Atas dasar itu, Bonggas Adhi Chandra mengingatkan agar orang muda, termasuk mahasiswa, agar tidak boleh alergi dengan politik.

"Mahasiswa harus melek politik," tegas Doktor (PhD) lulusan University of Queensland, Australia ini.

Baca Juga: Politician Academy Sebut Lima Alasan Mayoritas Petahana di NTT Tumbang

Bonggas Adhi Chandra lalu mengupas beberapa alasan pentingnya mahasiswa khususnya dan orang muda umumnya melek politik.

Pertama, adanya isu bonus demografi, di mana dengan munculnya banyak angkatan produktif akan memberi keuntungan bagi perkembangan bangsa.

Menurut lulusan Magister (S2) Uppsala University, Swedia, ini, salah satu sektor yang potensial dalam membangun bangsa adalah keterlibatan dalam sektor sosial politik. Dalam hal ini, bagaimana membangun peradaban politik yang dapat membawa kesejahteraan banyak orang (bonum commune).

Baca Juga: Politician Academy Perkuat Literasi Politik untuk Mencetak Pemimpin Berkualitas

Kedua, politik tidak bisa dihindari. Politik, menurut Bonggas Adhi Chandra, ada dimana-mana, baik dunia kerja, bisnis, lingkungan rumah, keluarga, bahkan cukup menentukan saat mengambil keputusan strategis.

Ketiga, sejarah Indonesia adalah sejarah pergerakan anak muda. Ini dibuktikan dengan perjuangan bangsa dimotori oleh orang muda sejak generasi 1908, generasi 1928, generasi 1945, generasi 1966 dan generasi 1998 (reformasi).

Keempat, adanya trend kepemimpinan orang muda di dunia dan beberapa wilayah di Indonesia.

Baca Juga: PAN Manggarai Barat Targetkan Usung Kader Pada Pilkada 2024

Kelima, keterwakilan anak muda di parlemen dan eksekutif masih rendah dan perlu ditingkatkan.

"Jadi, sudah saatnya parlemen dan eksekutif diisi oleh generasi muda, dan harus diputus lingkaran di mana generasi muda hanya dijadikan sebagai obyek politik," tandas Bonggas Adhi Chandra,

Agar generasi muda tidak lagi menjadi obyek politik dan dieksploitasi begitu saja untuk kepentingan orang tertentu, imbuhnya, maka orang muda terutama mahasiswa harus berani mengambil peran akktif dalam panggung politik.

Baca Juga: Armand Maulana: Labuan Bajo Keren, Tak Usah Jauh-jauh ke Luar Negeri

"Tentu peran aktif aktif ini harus didukung dengan mindset yang benar tentang politik, knowledge set yang luas, dan skill set yang tepat tentang politik," tutur Bonggas Adhi Chandra.

Diskusi publik yang dipandu oleh dosen Unika St Paulus Ruteng Mantovanny Tapung ini juga menghadirkan narasumber lainnnya yakni Stefanus Gandi, pengamat kebijakan publik yang juga Branch Director Politician Academy Branch NTT 1.***

Editor: Marianus Susanto Edison

Tags

Terkini

Terpopuler