Presiden Jokowi Serukan Hentikan Perang di Ukraina

- 14 Mei 2022, 10:56 WIB
Presiden RI Joko Widodo menghadiri KTT Khusus ASEAN-AS yang digelar di Departemen Luar Negeri AS, Washington DC, Jumat 13 Mei 2022.
Presiden RI Joko Widodo menghadiri KTT Khusus ASEAN-AS yang digelar di Departemen Luar Negeri AS, Washington DC, Jumat 13 Mei 2022. /HO-BPMI Setpres

LABUAN BAJO TERKINI - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyerukan untuk menghentikan perang di Ukraina. Menurut Presiden Jokowi, perang di Ukraina telah menciptakan tragedi kemanusiaan dan memperburuk perekonomian dunia.

“Saat dunia seharusnya segera pulih dari pandemi Covid-19, dunia menghadapi masalah baru, perang di Ukraina," kata Presiden Jokowi, pada KTT Khusus ASEAN-AS di Washington DC, AS, Jumat 13 Mei 2022 waktu setempat.

"Saat dunia membutuhkan kerja sama dan kolaborasi, justru rivalitas dan konfrontasi makin menajam. Saat dunia membutuhkan multilateralisme yang makin kokoh, justru unilateralisme yang makin mengemuka,” imbuhnya.

Baca Juga: Wabah Covid-19, Korea Utara Laporkan 21 Kematian Baru

Dikatakan, perang di Ukraina telah memperburuk ekonomi dunia, dengan meningkatnya harga pangan, energi, sehingga memicu inflasi.

Hal itu sangat memperberat perekonomian dan memperlambat pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) di negara berkembang dan kurang berkembang.

Presiden Jokowi juga menyebut, perang di Ukraina telah melemahkan multilateralisme dan berpotensi memecah belah hubungan antar negara.

Baca Juga: Komisi Kesehatan Nasional China Laporkan 312 Kasus Baru Covid-19

“Perang tidak akan menguntungkan siapa pun. Dunia tidak memiliki pilihan lain kecuali menghentikan perang sekarang juga," tandasnya.

"Setiap negara, setiap pemimpin memiliki tanggung jawab untuk menciptakan enabling environment agar perang dapat dihentikan, perdamaian dapat terwujud,” tegas Presiden Jokowi.

Pertumbuhan ekonomi, lanjut Kepala Negara, juga memprihatinkan. IMF menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang termasuk emerging and developing Asia sebesar 0,5 persen pada 2022 dan 0,2 persen pada 2023.

Bank Dunia menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi beberapa negara ASEAN hingga 1,2 persen.

Baca Juga: Masyarakat Adat Desak Bank Dunia Lanjutkan Pengembangan Geothermal Wae Sano

“Bagi sebagian anggota ASEAN kenaikan 10 persen dari harga minyak akan berdampak menurunnya pendapatan nasional sebesar 0,7 persen dan kenaikan harga gandum akan mengakibatkan peningkatan kemiskinan sebesar 1 persen,” beber Presiden Jokowi.

Karena itu, ia mengulangi lagi apa yang telah disampaikannya pada pertemuan dengan Kongres AS.

“Bahwa lebih dari lima dekade, ASEAN terus membangun arsitektur keamanan yang inklusif, mengedepankan paradigma kolaborasi, mendorong habit of dialogue dan rules based order. Semangat yang sama kami dorong di Indo-Pasifik melalui ASEAN Outlook on the Indo-Pacific,” ucapnya.

Baca Juga: Menteri Pertanian: 6 Kabupaten Terjangkit Wabah PMK Pada Hewan

Dalam KTT Khusus yang dihadiri oleh Presiden AS Joe Biden dan juga pemimpin negara-negara ASEAN tersebut, Presiden Jokowi menyambut baik inisiatif Amerika melalui Indo Pacific Economic Framework (IPEF).

“Tentu kerja sama di bawah IPEF harus inklusif. Saya harapkan sinergi antara IPEF dengan pelaksanaan prioritas kerjasama di AOIP (ASEAN Outlook on the Indo-Pacific)," kata Presiden Jokowi.

Saat Indonesia menjadi ketua ASEAN tahun depan, Presiden Jokowi juga menyampaikan rencananya melakukan Indo Pacific Infrastructure Forum.

“Saya berharap partisipasi Amerika Serikat dalam forum tersebut,” ajak Presiden Jokowi.***

Editor: Marianus Susanto Edison

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x