Hal ini sekaligus menunjukkan respect proyek terhadap adat istiadat masyarakat setempat. Lonto Leo juga digunakan sebagai mekanisme masyarakat adat dengan pihak proyek untuk meninjau setiap tahapan proyek, mulai dari perubahan desain, penyediaan lahan, kompensasi, konstruksi hingga pengeboran, sesuai dengan IPP (Indigenous People Plan) atau Rencana Penanganan Masyarakat Adat.
Lonto Leo ini sendiri telah dilaksanakan tanggal 20 Januari 2022 pagi di Kampung Taal; 20 Januari 2022 sore di Kampung Lempe; dan 24 Januari 2022 pagi di Kampung Nunang. Lonto Leo bahkan juga digelar di tingkat Desa Wae Sano, yang berlangsung tanggal 25 Januari 2022.
Baca Juga: Blak- Blakan, Dinar Candy Mengaku Dibayar Ratusan Juta Sekali Main
Lonto Leo dengan masyarakat adat dilakukan di tiga tempat, mengingat secara adat masyarakat Wae Sano terhimpun ke dalam beberapa komunitas/ kampung adat.
Rinciannya Kampung Nunang, yang juga diakui sebagai kampung asal tiga kampung lainnya yaitu Kampung Ponceng Kalo, Kampung Wakar dan Kampung Dasak; Kampung Lempe; dan Kampung Taal.
Setiap kampung adat dipimpin oleh seorang Tu’a Golo. Sementara itu sebagai satuan kampung hasil pemekaran dari kampung adat utama, kampung Ponceng Kalo, Wakar dan Dasak dipimpin oleh Tu’a Mukang, yang juga membawahi beberapa orang Tu’a Batu.
Baca Juga: KPK Klarifikasi Pelaporan Gibran - Kaesang, Ubedilah Badrun Bawa Dokumen Tambahan
Desak Proyek Geothermal Segera Direalisasikan
Konsultasi atau Lonto Leo yang dilaksanakan di empat tempat ini, dihadiri Tu'a Golo, Tu'a Mukang, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, Antropolog/ Penasehat Senior Kantor Staf Presiden, hingga Penjabat Kepala Desa Wae Sano.
Lonto Leo guna membahas dokumen IPP ini, semuanya berjalan lancar. Seluruh masyarakat adat yang hadir menyetujui dokumen IPP Proyek Geothermal Wae Sano, yang dibuktikan dengan penandatanganan Berita Acara Lonto Leo, baik di Kampung Taal, Kampung Lempe, maupun Kampung Nunang.