Kemenparekraf dan BPOLBF Dorong Produk Lokal Penuhi Rantai Pasok Industri Pariwisata dan Ekraf

- 26 Januari 2022, 16:31 WIB
Direktur BPOLBF, Shana Fatina
Direktur BPOLBF, Shana Fatina /Labuan Bajo Terkini/Dok. HO-BPOLBF

LABUAN BAJO TERKINI- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) menyelenggarakan Webinar bertajuk Penguatan Rantai Pasok Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Destinasi Pariwisata Super Prioritas.

 

Webinar yang digelar daring DPSP itu dilakukan pada Selasa 25 Januari 2022.

 

Sebagai salah satu DPSP, Labuan Bajo menjadi perhatian banyak pihak dan untuk membangun Labuan Bajo sebagai destinasi yang inklusif, berkualitas, berkelanjutan, dan berkelas dunia perlu ada kolaborasi dari banyak pihak.

 

Selain itu, sebagai salah satu pilar dalam konsep pariwisata berkelanjutan, keterlibatan masyarakat di DPSP harus menjadi poin utama yang harus diperhatikan dan pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengakomodasi hal tersebut adalah dengan adanya penguatan rantai pasok dengan produk UMKM lokal.

 

Hal itu disampaikan langsung Fadjar Hutomo, Kepala Deputi Bidang Industri dan Investasi (Deputi 4) Kemenparekraf yang hadir sebagai salah satu pembicara kunci dalam Webinar tersebut.

Baca Juga: Kemenparekraf Bersama BPOLBF dan PHRI Bahas Rantai Pasok Industri Pariwisata Labuan Bajo

Ia mengatakan bahwa salah satu pilar dalam pariwisata berkelanjutan adalah keterlibatan masyarakat lokal dan salah satu pendekatannya adalah melalui penguatan rantai pasok.

 

Ia juga mengajak seluruh sektor untuk turut terlibat hingga akhirnya ada kesesuaian antara kebutuhan dan ketersediaan produk di lapangan.

 

"Penguatan rantai pasok di DPSP merupakan sinergi kolaborasi oleh seluruh sektor yg ada sehingga penguatan rantai pasok ini dapat berlangsung secara maksimal. Webinar ini juga merupakan kick off dan akan berlanjut dengan berbagai kegiatan termasuk temu bisnis, match and making, dan sampai pada perputaran rantai pasok produk lokal yang berkelanjutan, "kata Fadjar Hutomo.

 

Ia menegaskan, manfaat ekonomi harus dirasakan oleh seluruh masyarakat, khususnya ada di Labuan Bajo dan masyarakat di Floratama (Flores, Alor, Lembata, dan Bima).

 

Sementara itu, Direktur Utama BPOLBF, Shana Fatina saat membuka webinar itu menyampaikan optimisme nya terkait produk lokal yang dapat mengisi rantai pasok di Labuan Bajo pada khususnya dan 11 Kabupaten Koordinatif pada umumnya.

 

Menurut Shana, produk lokal juga dapat menembus pasar nasional dan internasional terutama dengan banyaknya event skala global yang akan diadakan di Labuan Bajo.

Baca Juga: Persiapkan Labuan Bajo Sebagai Venue Side Event G20, BPOLBF Jalin Kolaborasi dengan Dua Kementerian

"Akan ada event besar di Labuan Bajo seperti side event G20 di tahun ini dan tuan rumah ASEAN SUMMIT di tahun 2023. Event ini bisa kita maksimalkan, bukan saja untuk mengembangkan dan memperkenalkan destinasi pariwisata kita tetapi juga produk ekonomi kreatif dan bahan pangan yang bisa kita pasok ke hotel-hotel, restoran, dan kapal di Labuan Bajo, "kata Shana Fatina. 

 

"Potensi produk lokal dan pangan lokal kalau dikemas dengan lebih baik lagi akan sangat bisa mengisi konten lokal baik di nasional maupun internasiona, " imbuhnya.

 

Menurut Shana Fatina, secara bertahap Labuan Bajo didorong agar mampu memasok bahan baku secara mandiri dari daerah-daerah yang ada di Nusa Tenggara Timur.

 

Dengan diluncurkannya peta tematik desa wisata, skema penguatan rantai pasok juga dapat diterapkan di destinasi-destinasi yang tersebar di Floratama.

 

Narasumber lain yang juga dihadirkan dalam webinar tersebut adalah Prof I Nyoman Pujawan, Dekan Sekolah Interdisiplin Manajemen dan Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).

 

Menurutnya, dalam konsep penguatan rantai pasok, penyedia barang atau bahan harus memenuhi kebutuhan pelanggan serta harus memegang beberapa prinsip dan tujuan.

 

"Fokus dari penyediaan rantai pasok adalah pelanggan dan prinsip yang digunakan dalam penguatan rantai pasok adalah kolaborasi dan ketersediaan informasi sehingga nantinya terciptalah sebuah nilai.Hal ini berlaku pula di destinasi pariwisata, produk yg dipajang haruslah produk berkualitas, unik, dan memiliki harga yang dapat dijangkau wisatawan, "jelasnya.

 

Ia mengajak para pelaku UMKM lokal untuk menciptakan produk yang unik, yang berbeda dengan produk di tempat lain. Menurutnya, perbedaan sangat penting dalam bisnis, termasuk di dalamnya pariwisata. Menurut pengalamannya, semakin unik dan berbeda, maka nilai dari produk tersebut akan bertambah dan tidak jarang orang akan mengeluarkan banyak uang untuk memiliki produk yang unik tersebut.

 

Webinar tersebut diikuti oleh 80 peserta dan menghadirkan narasumber lain yaitu Direktur Industri dan Kelembagaan BPOLBF, Ketua BPC PHRI Manggarai Barat, Kepala Dinas Pariwisata Manggarai Barat, dan Kepala Subdivisi Ekonomi Kreatif dan Kepala Sub Divisi Ekonomi Kreatif dan Desa Binaan Bank NTT.***

Editor: Silvester Yunani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x