Bupati Manggarai Barat: Masyarakat Wae Sano Sudah Setujui Proyek Geothermal, Tahapan Jalan Terus

- 2 Februari 2022, 18:50 WIB
Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi.
Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi. /Labuan Bajo Terkini/Marianus Susanto Edison

LABUAN BAJO TERKINI - Aksi demonstrasi menolak proyek geothermal Wae Sano yang digelar oleh PMKRI Cabang Ruteng, Rabu 2 Februari 2022 siang, ditanggapi santai oleh Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi.

Menurut orang nomor satu di destinasi wisata super premium itu, masyarakat Wae Sano sesungguhnya sudah menyetujui proyek panas bumi itu.

"Intinya (proyek geothermal Wae Sano) tetap jalan sesuai tahapan," ujar Edistasius Endi, kepada Labuan Bajo Terkini saat dikonfirmasi melalui saluran telepon, Rabu 2 Februari 2022 petang.

Baca Juga: Masyarakat Adat Wae Sano Dukung Proyek Geothermal, Tegaskan Tak Ada Konflik Horizontal

Ia tak menampik, semula memang ada penolakan dari masyarakat terkait rencana eksplorasi dan eksploitasi panas bumi di Desa Wae Sano, Kecamatan Sano Nggoang, Manggarai Barat.

Namun semua poin yang menjadi keberatan masyarakat, sudah dibahas secara bersama-sama saat dirinya berdialog langsung dengan masyarakat.

Bahkan dari hasil pembahasan tersebut, ada sembilan (9) poin yang telah disepakati bersama. Kesembilan poin tersebut semuanya berdasarkan keinginan masyarakat Wae Sano.

Baca Juga: Tolak Proyek Geothermal PMKRI Sebut Warga Bukan 'Kelinci Percobaan', Berikut 3 Tuntutan Demonstran

"Sosialisasi sudah kita lakukan. Ada juga sembilan kesepakatan, yang rumusannya dari masyarakat sendiri," tegas Edistasius Endi

"Lalu masih ada juga keberatan masyarakat, kita sudah lengkapi dalam kegiatan tindak lanjut (forum Lonto Leo, red). Sudah ada berita acaranya juga. Jadi semua tetap jalan sesuai tahapan," imbuh mantan Ketua DPRD Kabupaten Manggarai Barat ini.

Disinggung soal dampak negatif proyek geothermal Wae Sano bagi masyarakat, Edistasius Endi mengatakan, pemerintah tentu lebih mempercayai hasil penelitian para ahli ketimbang asumsi liar.

"Prinsipnya begini, kalau (berdasarkan penelitian ahli) dampak negatifnya lebih dominan, maka pemerintah juga tidak mungkin mengiyakan begitu saja proyek itu," ujarnya.

"Tetapi kalau dampak positifnya lebih besar, masa kita bilang jangan?" pungkas Edistasius Endi.

Baca Juga: Ini Peruntungan di Tahun Macan Air

Seperti diketahui, ada sembilan poin kesepakatan antara masyarakat Wae Sano dengan pemerintah dan pihak perusahaan terkait proyek geothermal Wae Sano.

Pertama, penyediaan lahan pertanian berkelanjutan (pembebasan hutan produksi, pembersihan lahan, pembibitan, rumah) disiapkan/ diurus oleh pemerintah dan pengelola pembangunan.

Kedua, penggantian atap rumah menggunakan seng aluminum untuk warga Desa Wae Sano.

Ketiga, proyek tidak akan melakukan relokasi masyarakat secara permanen dan tidak akan memindahkan situs di perkampungan Nunang, Lempe dan Dasak.

Empat, ganti untung tanah milik warga yang terdampak pembangunan panas bumi dengan harga wajar.

Kelima, evakuasi/ relokasi sesewaktu di kebun baru yang telah disediakan bila terjadi kejadian luar biasa.

Keenam, penyerapan tenaga kerja lokal mulai tahap eksplorasi hingga pasca eksplorasi.

Baca Juga: Gaduh Pilwabup Ende, KOMPAK dan PADMA Indonesia Bentuk Tim Investigasi

Ketujuh, memfasilitasi bea siswa bagi anak-anak yang berprestasi dengan proses rekrutmen terukur transparan dan akuntabel.

Kedelapan, penyediaan fasilitas umum.

Kesembilan, memfasilitasi terbentuknya lembaga mekanisme pengaduan keluhan masyarakat.

Sembilan poin ini kemudian diperkuat dengan beberapa tambahan yang dibahas dalam forum Lonto Leo bersama masyarakat adat Wae Sano.***

Editor: Marianus Susanto Edison


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x