Tolak Proyek Geothermal PMKRI Sebut Warga Bukan 'Kelinci Percobaan', Berikut 3 Tuntutan Demonstran

- 2 Februari 2022, 16:27 WIB
Pintu gerbang Kantor Bupati Manggarai Barat yang setelah berhasil dijebol peserta aksi.
Pintu gerbang Kantor Bupati Manggarai Barat yang setelah berhasil dijebol peserta aksi. /Labuan Bajo Terkini/Marianus Susanto Edison

LABUAN BAJO TERKINI- Upaya pemerintah dan perusahaan yang terus melanjutkan proses pengembangan tambang panas bumi di Wae Sano, Kecamatan Sanonggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur mendapat penolakan beberapa warga.

Penolakan terhadap proyek energi panas bumi itu dilakukan dengan aksi Demonstrasi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Ruteng bersama beberapa warga dari sekitar proyek Geothermal yang menolak pembangunan tersebut.


"Warga Wae Sano, termasuk juga warga lain yang mengitari danau Sano Nggoang, sedari awal telah menolak. Penolakan warga pun telah disampaikan berulang-ulang, baik ke pemerintah maupun pihak perusahaan. Penolakan warga itu dilandasi dengan alasan yang jelas, yakni keselamatan ruang hidup warga dan masa depan anak cucu, "kata ketua PMKRI Ruteng, Nardianus Nandeng melalui siaran pers yang diterima media ini, Rabu 2 Februari 2022 sore.

Baca Juga: Pintu Gerbang Berhasil Dijebol, 10 Perwakilan Pendemo Diterima di Kantor Bupati Manggarai Barat

Menurut Nardy, proyek geothermal yang dilakukan disekitar pemukiman warga akan mengancam keberlangsungan hidup warga disana.

"Rencana penambangan panas bumi yang persis berhimpitan dengan pemukiman dan rumah adat, sumber air, lahan pertanian/perkebunan, fasilitas publik seperti sekolah dan gereja, itu tentu saja membawa ancaman besar bagi warga, " kata Nardy.

Nardy menyebutkan, proyek geothermal di beberapa daerah telah terbukti mendatangkan kehancuran bagi warga sekitar lokasi penambangan. Hal tersebut mendorong pihaknya mendukung warga yang mengambil sikap penolakan terhadap proyek tersebut.

"Di Ulumbu, Kabupaten Manggarai, misalnya, operasi panas bumi telah menyebabkan atap seng rumah-rumah warga karatan, tanaman cengkeh, kakao, dan sejenisnya menjadi tak produktif, termasuk kesehatan warga ikut terganggu. Hal serupa juga terjadi di Mataloko, seng-seng rumah dengan mudah berkarat, sumber air tercemar, bahkan lahan pertanian seperti sawah yang jaraknya sekitar dua kilometer dari titik pengeboran luluh lantak, tersembur lumpur panas hingga saat ini, "tegasnya.

Baca Juga: PMKRI Demo Tolak Geothermal Wae Sano, Pintu Gerbang Kantor Bupati Manggarai Barat Ditutup

Halaman:

Editor: Silvester Yunani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x