Petrus menjelaskan, setelah rumah gendang wakal tak lagi berpenghuni, seremonial adat di kampung itu tak lagi berjalan.
Tamu-tamu besar yang datang ke kampung ini pun tak lagi bisa diterima di rumah gendang.
Acara-acara adat yang biasa digelar tahunan pun terpaksa terhenti.
Baca Juga: Relaksasi Pajak Kendaraan Diyakini Menggerakan Perekonomian
Bangun Rumah Baru Untuk Mempertahankan Warisan Leluhur
Silvester Amir, Sekretaris Lembaga adat Kampung Wakal mengatakan, kesepakatan untuk membangun kembali rumah gendang adalah kesadaran bersama warga kampung.
Bagi warga Wakal, Rumah gendang adalah simbol keberadaan sebuah kampung.
"Ada gendang pasti ada kampung. Kalau tidak ada Gendang, maka keberadaan kampung itu dipertanyakan,"kata Silvester.
Baca Juga: Indonesia Targetkan Produksi Pesawat Amfibi pada 2024
Silvester juga menjelaskan, mbaru gendang adalah warisan turun temurun dari leluhur mereka. Dalam kepercayaan mereka, jika rumah gendang mereka tak kunjung dibangun maka rejeki untuk warga kampung juga tidak akan mengalir.