Mengenang Mendiang Frans Lebu Raya, 15 Tahun Pimpin NTT Namun Gagal ke Senayan

19 Desember 2021, 16:29 WIB
Mantan Gubernur NTT, Frans Lebu Raya. /Facebook/@Lucia Adinda Lebu Raya

LABUAN BAJO TERKINI - Frans Lebu Raya telah berpulang ke Pencipta, Minggu 19 Desember 2021. Ia menghembuskan napas terakhir di RSUP Sanglah, Denpasar, setelah dua hari dirawat intensif.

Meski telah tiada, menarik untuk mengulik salah satu politisi kawakan NTT ini. Sebab, ia memiliki catatan yang mentereng di politik, namun pernah juga merasakan pahitnya kegagalan.

Labuan Bajo Terkini mencoba menyarikan dari berbagai sumber sepak terjang Frans Lebu di panggung politik, yang sukses memimpin NTT selama 15 tahun namun justru gagal melenggang ke Senayan sebagai wakil rakyat.

Baca Juga: Mantan Gubernur NTT Frans Lebu Raya Meninggal Dunia

Frans Lebu Raya lahir di Pulau Adonara, 18 Mei 1960. Selama kuliah, ia tercatat sebagai aktivis mahasiswa.

Ia kemudian menikah dengan Lusia Adinda Lebu Raya, dan sebelum reformasi dikenal sebagai pegiat LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

Reformasi 1998 adalah titik awal Frans Lebu Raya berkiprah di politik. Ketika itu, ia bersama beberapa temannya memutuskan untuk bergabung dengan PDI Perjuangan, bersamaan dengan menguatnya figur Megawati Soekarno Putri.

Baca Juga: Isu Pemekaran Dapil Jelang Pileg 2024, Ini Penjelasan KPU Manggarai Barat

Selama menjadi kader PDI Perjuangan, beberapa kalangan menilai bahwa Frans Lebu Raya merupakan salah satu 'anak emas' Megawati Soekarno Putri.

Penilaian itu tak berlebihan. Sebab dalam beberapa keputusannya, Megawati Soekarno Putri lebih cenderung memberikan kepercayaan kepada Frans Lebu Raya.

Pada beberapa kali Kongres PDI Perjuangan misalnya, Frans Lebu Raya selalu dipercaya menjadi pimpinan sidang, termasuk sidang dengan agenda pemilihan ketua umum PDI Perjuangan. Ia memang memiliki kemampuan lebih untuk mengelola forum sidang.

Baca Juga: PT Geo Dipa Energi Jamin Proyek Geothermal Wae Sano Tak Merusak Lingkungan

Karir politik Frans Lebu Raya mulai menanjak, ketika pada Pemilu 2009 ia dipercaya menjadi anggota DPRD Provinsi NTT periode 1999-2003. Ia bahkan didaulat oleh PDI Perjuangan menjadi Wakil Ketua DPRD Provinsi NTT.

Tak cukup sampai di situ, sebab pada Pilgub NTT 2003, nama Frans Lebu Raya yang mendapat restu dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri untuk menjadi calon wakil gubernur, mendampingi Calon Gubernur Piet A Tallo, ketika itu.

Melalui pemilihan yang panas dalam sidang di DPRD Provinsi NTT, duet Piet A Tallo - Frans Lebu Raya kemudian terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur NTT periode 2003-2018.

Baca Juga: Kecelakaan Hebat Hingga Lumpuh, Selebgram Laura Anna Meninggal Dunia

Selanjutnya, dalam dua Pilgub NTT berturut-turut, Frans Lebu Raya terpilih sebagai gubernur NTT.

Ia menjadi gubernur NTT periode 2008-2013 berpasangan dengan Wakil Gubernur Eston L Foenay. Selanjutnya kembali menjadi gubernur NTT untuk periode 2013-2018 berpasangan dengan Benny Litelnoni.

Sayangnya, meski 15 tahun memimpin NTT, Frans Lebu Raya justru gagal ke Senayan pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2019.

Ia justru kalah telak dari Andreas Hugo Parera dalam perolehan suara di Daerah Pemilihan NTT 1. Andreas Hugo Parera yang adalah calon incumbent meraup 91.610 suara, sementara Frans Lebu Raya hanya meraup 59.296 suara.

Baca Juga: Labuan Bajo Destinasi Wisata Super Premium, Hermawi Taslim: Masyarakat Lokal Jangan Kalah Gesit

Ironisnya, kegagalan juga dicatat istri Frans Lebu Raya, Lusia Adinda Lebu Raya yang tampil sebagai calon anggota DPD RI pada Pileg 2019. Adinda hanya finish di posisi kelima, sementara kuota kursi DPD untuk Dapil NTT hanya empat.

Setelah kegagalan pahit pada Pileg 2019 itu, kiprah mantan gubernur NTT dua periode yang populer dengan Program Anggaran Untuk Rakyat Menuju Sejahtera (Anggur Merah) itu tak banyak dikuliti media.

Minggu 19 Desember 2021 pagi, politisi yang dikenal sederhana dan merakyat itu pergi, kembali ke pangkuan Pencipta. Selamat jalan Frans Lebu Raya.***

Editor: Marianus Susanto Edison

Tags

Terkini

Terpopuler