UNESCO Terjunkan Tim Khusus ke Taman Nasional Komodo, Ini Agendanya

7 Maret 2022, 09:21 WIB
Peneliti dari Komodo Survival Program sedang menjelaskan sarang Komodo /Labuan Bajo Terkini/Dok. BTNK

LABUAN BAJO TERKINI- The United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menerjunkan tim International Union for Conservation and Nature (IUCN) dalam rangka reactive monitoring mission (RMM) 2022 ke Resort Loh Buaya SPTN Wilayah I Balai Taman Nasional Komodo.

Kegiatan RMM merupakan pelaksanaan sistem pemantauan dan pelaporan yang dilakukan oleh World Heritage Centre dan beberapa bidang sektor dalam organisasi UNESCO.

Dalam agenda tersebut, UNESCO menugaskan tim ahli dalam keanggotaan advisory bodies (dewan pengawas) bidang tertentu untuk mengobservasi lokasi Situs Warisan Dunia.

Dewan pengawas UNESCO untuk bidang ekologi satwa liar dan ekosistem adalah IUCN, sementara untuk bidang warisan budaya adalah ICOMOS (International Council on Monuments and Sites).

Baca Juga: Patah Kemudi dan Mesin Mati, Kapal Noah Komodo dan Wisatawan Berhasil Dievakuasi

Berdasarkan undangan Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) Nomor:12156/A1.A6/KS.09.01/2022 tanggal 17 Februari 2022 bermaksud mendatangkan tim UNESCO dan IUCN untuk mengunjungi Situs Warisan Dunia Taman Nasional Komodo.

"Maksud dan tujuan kunjungan tim ini merupakan tindak lanjut dari dinamika pengelolaan Taman Nasional Komodo yang memperoleh perhatian publik, yakni terkait penataan sarpras wisata alam di Resort Loh Buaya di Pulau Rinca," kata Kepala Balai Taman  Nasional Komodo (BTN), Lukita Awang.

Tim UNESCO dan IUCN diharapkan dapat menggali data dan informasi lebih lengkap melalui peninjauan lapangan dan wawacara dengan Balai Taman Nasional Komodo beserta para pemangku kepentingan lainnya di Labuan Bajo terkait dengan penyampaian informasi oleh pihak ketiga kepada World Heritage Centre (WHC).

Tim UNESCO yang akan ditugaskan untuk peninjauan lokasi Resort Loh Buaya adalah Mohammed Djelid (Director of the Regional Bureau for Sciences in Asia and the Pasific) dan Hans Dencker Thulstrup (Senior Programme Specialist UNESCO Office Jakarta), sementara tim IUCN yang diterjukan adalah Amran bin Hamzah (Profesor dengan bidang keahlian pariwisata berkelanjutan dan pembangunan berkelanjutan) dan Katherine Zisckha (World Heritage Conservation Officer).

Baca Juga: Pemprov NTT Dukung Program Konservasi Komodo dan Satwa Terancam Punah di Flores

Kegiatan RMM ini juga turut menghadirkan perwakilan dari berbagai direktorat teknis lingkup Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tim ahli Environmental Impact Assessment (EIA), tim peneliti dari Yayasan Komodo Survival Program, dan beberapa kementerian lain serta BOPLBF

Seluruh mitra yang diundang terlibat bersama dalam peninjauan lokasi dan diharapkan dapat memberikan pertimbangan teknis dari sudut pandang berbagai bidang keahlian masing-masing.

Kunjungan tim UNESCO dan IUCN ke Taman Nasional Komodo dilaksanakan pada tanggal 3 hingga 6 Maret 2022. Kegiatan RMM ini diawali dengan entry meeting yang dilakukan di Jakarta secara hybrid pada tanggal 2 Maret 2022 dipimpin oleh pimpinan dari Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat dan Kebudayaan.

Direktur Jenderal KSDAE dan para pimpinan dari berbagai Kementerian/Lembaga lain juga berkesempatan menyampaikan poin-poin penting terkait dengan pelaksanaan RMM, utamanya mengenai sistem pengelolaan Taman Nasional Komodo dan teknis penataan sarpras wisata alam di Resort Loh Buaya SPTN Wilayah I Balai Taman Nasional Komodo.

Baca Juga: Ansy Lema Kritik Cara Penanganan Kebakaran di Taman Nasional Komodo

Tim berangkat dari Jakarta dan tiba di Labuan Bajo pada tanggal 3 Maret 2022. Kegiatan peninjauan lapangan pada tanggal 3 Maret 2022 diawali dengan pertemuan dengan para pemangku kepentingan kunci dan undangan di Gedung Komodo Visitor Center - Labuan Bajo. Kepala Balai Taman Nasional Komodo (Lukita Awang Nistyantara), Tim ahli EIA (Prof. Lilik Budi Prasetyo), dan peneliti dari Yayasan Komodo Survival Program (Deni Purwandana) berkesempatan mempresentasikan status konservasi dan pengelolaan Taman Nasional Komodo, hasil kajian analisis dampak lingkungan, dan tren populasi biawak komodo di Taman Nasional Komodo dihadapan tim UNESCO dan IUCN secara langsung. Informasi yang disampaikan oleh ketiga narasumber menjadi landasan bagi tim UNESCO dan IUCN untuk melakukan peninjauan lapangan di hari kunjungan setelahnya.

Seluruh tim RMM melakukan peninjauan lapangan pada tanggal 4 Maret 2022 ke kawasan Taman Nasional Komodo. Beberapa lokasi yang dikunjungi diantaranya adalah Resort Loh Buaya (Pulau Rinca), Resort Padar Selatan (Pulau Padar), dan Resort Loh Liang (Pulau Komodo). Tim UNESCO dan IUCN berkesempatan mengobservasi langsung penataan infrastruktur wisata alam yang dikerjakan oleh Kementerian PUPR di Resort Loh Buaya.

Tim UNESCO dan IUCN menyatakan bahwa sebelumnya tidak memahami terminologi “Resort” yang digunakan untuk menggambarkan pos jaga para ranger. Tim UNESCO dan IUCN sebelumnya berprasangka bahwa resort yang dimaksud adalah resort mewah dari sebuah usaha pariwisata di alam, merujuk kepada tuduhan yang disampaikan oleh pihak ketiga.

Resort Loh Buaya pada faktanya merupakan pos jaga ranger yang didesain kuat agar bisa difungsikan secara berkelanjutan tidak hanya untuk aktivitas ekowisata namun juga untuk mendukung implementasi resort-based management dalam rangka pengumpulan data ilmiah melalui berbagai kegiatan monitoring yang dilakukan oleh para ranger Balai Taman Nasional komodo.

Tim ahli EIA turut menjelaskan detil penilaian dampak lingkungan kepada tim UNESCO dan IUCN di Resort Loh Buaya. Setelah mendengar penjelasan dan melakukan peninjauan lapangan secara langsung, tim UNESCO dan IUCN menyatakan bahwa penataan sarpras wisata alam di Resort Loh Buaya dilakukan secara positif dan telah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pengerjaannya. Adapun beberapa contoh dampak lingkungan yang dianalisa diantaranya terhadap ekosistem mangrove, ekosistem padang lamun, ekosistem terumbu karang, ekosistem pantai, ekosistem savana, ekosistem hutan dataran rendah, dan ekosistem hutan kuasi awan. Dampak lain yang juga dianalisa adalah polusi suara, polusi limbah padat dan residu pembangunan, serta limbah dari kedatangan kapal wisata di area perairan Resort Loh Buaya.

Tim ahli EIA menyampaikan tidak ada dampak kerusakan lingkungan signifikan baik pada ekosistem daratan maupun perairan seperti yang dituduhkan oleh pihak ketiga.

Baca Juga: ANU Sebut Komodo Binatang Asli dari Australia Bukan Indonesia

Tim UNESCO dan IUCN bahkan menyampaikan apresiasi mengenai kualitas dokumen Environmental Impact Assessment (EIA) dan Environmental Management Plan (EMP) yang disusun oleh tim ahli EIA secara terstruktur dan berbasiskan data ilmiah merujuk kepada IUCN Guidelines.

Tim ahli EIA juga menilai potensi perubahan perilaku dari biawak komodo dan satwa mangsanya, namun tidak menemukan adanya bukti dari perubahan perilaku.

Terkait dengan ekologi komodo dan satwa mangsanya, peneliti dari Yayasan Komodo Survival Program juga menambahkan bahwa dampak pengerjaan sarpras wisata alam terhadap keberadaan biawak komodo tentunya ada namun telah dimitigasi intensif oleh Balai Taman Nasional komodo beserta mitra lainnya. Sebagai contoh, untuk menghindari adanya interaksi langsung antara wisatawan dengan satwa liar, jalan setapak dibuat tinggi diatas permukaan tanah (+ 2 meter) dalam bentuk elevated deck agar satwa liar dapat beraktivitas bebas pada habitatnya.

Lokasi pengerjaan pun berada cukup jauh dari lokasi sarang komodo terdekat, sehingga tidak menimbulkan potensi gangguan pada aktivitas reproduksi biawak komodo.

Hal lainnya terkait dengan polusi suara adalah Balai Taman Nasional Komodo meminta agar pengerjaan sarpras wisata alam menggunakan hidrolic static pile driver (HSPD) untuk meminimalisir gangguan suara bagi keanekaragaman hayati (fauna) yang ada sekitar lokasi pengerjaan sarpras wisata alam.

Baca Juga: Jika Hendak Kawin Komodo Betina Butuh Pejantan Tangguh

Tim UNESCO dan IUCN juga berkesempatan berbincang dan bercengkrama dengan warga Kampung Komodo di Resort Loh Liang yang berprofesi sebagai penjual souvenir dan penjaga warung. Tim UNESCO dan IUCN sempat membeli beberapa buah tangan dari beberapa penjual souvenir di Resort Loh Liang. Tim RMM juga mengajak tim UNESCO dan IUCN untuk menunjukan lokasi permukiman di Kampung Komodo.

Observasi dan dialog dengan perwakilan masyarakat sangatlah penting dan merupakan pembuktian kepada tim asesor bahwa kesempatan produktivitas ekonomi masyarakat dan akses terhadap ruang usaha di dalam kawasan Taman Nasional Komodo turut difasilitasi oleh pihak Balai Taman Nasional Komodo.Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat dan Kebudayaanmenyelenggarakan lima sesi lokakarya pada tanggal 5 Maret 2022 dengan mengundang berbagai pihak berkepentingan untuk memperoleh informasi klarifikasi terhadap beberapa topik yang dituduhkan oleh pihak ketiga.

Tim UNESCO dan IUCN memulai penggalian informasi dari informan pihak ketiga. Diskusi bersama informan pihak ketiga ini dipandu oleh moderator Suer Suryadi yang merupakan advokat lingkungan. Selanjutnya tim IUCN dan UNESCO juga berkesempatan bertemu dengan mitra pengelolaan lain, di antaranya: Tokoh Masyarakat (Pater Marsel Agot), Yayasan Komodo Survival Program, Indonesia Waste Platform (IWP), Sustainable Tourism Project – Swisscontact Indonesia, Bhakti Tunas Negeri, dan Trash Hero Komodo.

Sesi selanjutnya menghadirkan instansi pemerintah terkait guna membahas perkembangan penyusunan dokumen Integrated Tourism Master Plan (ITMP) dan sesi kelima ditutup dengan menghadirkan para pengguna kawasan Taman Nasional Komodo dari berbagai asosiasi, yakni: Koperasi Serba Usaha Taman Nasional Komodo GAHAWISRI Labuan Bajo, Dive Operator Community Komodo (DOCK), ASITA, HPI Labuan Bajo, dan PHRI Labuan Bajo. Tim UNESCO dan IUCN menyampaikan bahwa tim telah cukup memperoleh informasi dari para pemangku kepentingan yang diundang.

Balai Taman Nasional Komodo menyelenggarakan pertemuan penutup bagi kegiatan peninjauan lapangan pada tanggal 6 Maret 2022 di Gedung Komodo Visitor Center Labuan Bajo.

Kepala Balai Taman Nasional Komodo berkesempatan menyampaikan klarifikasi terkait dengan tuduhan yang disampaikan oleh pihak ketiga mengenai reduksi luasan zona rimba menjadi zona pemanfaatan mencapai 2/3 dari total luasan sebelumnya.

Lukita Awang menyampaikan bahwa tuduhan tersebut tidaklah benar karena tidak terdapat perubahan pada zona pemanfaatan berdasarkan peta zonasi tahun 2012 dan tahun 2020.

"Adapun perubahan luas zona rimba pada tahun 2020 adalah menjadi zona khusus yang digunakan untuk pemasangan alat deteksi gempa bumi dan tsunami oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan penyediaan jaringan telekomunikasi oleh PT. Telkomsel, "kata Awang.

Tim IUCN dan UNESCO menanggapi positif informasi yang disampaikan oleh Kepala Balai Taman Nasional Komodo dengan menyampaikan apreasiasi bahwa Kepala Balai Taman Nasional Komodo beserta jajarannya terbuka akan data dan informasi, khususnya terkait dengan tuduhan konsesi pariwisata seperti yang dinyatakan oleh pihak ketiga.

Tim IUCN dan UNESCO juga menyampaikan bahwa proses perizinan telah dilakukan dengan sangat cermat, namun kembali menekankan pentingnya perusahaan untuk melakukan kajian Environmental Impact Assessment (EIA) dan Environmental Management Plan (EMP) guna mengetahui dampak langsung dan tidak langsung, serta dampak kumulatif dari pengerjaan pembangunan.

Tim IUCN dan UNESCO juga agar perencanaan pengusahaan pariwisata alam di Taman Nasional Komodo ditambahkan dalam dokumen ITMP agar menjadi satu kesatuan perencanaan yang saling melengkapi satu sama lain.

Tim IUCN menyampaikan bahwa hasil peninjauan lapangan akan dianalisa selama kurang lebih 6 minggu ke depan dan akan menghasilkan beberapa poin rekomendasi bagi Pemerintah Indonesia melalui Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU).

Tim UNESCO juga berencana akan mengadakan pelatihan peningkatan kapasitas bersama Bank Dunia terkait dengan penyelenggaraan Environmental Impact Assessment (EIA) dan Environmental Management Plan (EMP) bagi para pemangku kepentingan di pemerintahan.***

Editor: Silvester Yunani

Tags

Terkini

Terpopuler