Namun, ia tetap menetapkan tanggal 14 Februari sebagai hari raya peringatan Santo Valentinus.
Ada juga yang menyebut, Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli Festival Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Lepas dari legenda, keterkaitan Santo Valentine dan cinta baru muncul lama kemudian. Dalam puisi Geoffrey Chaucer, penyair Inggris dan penulis buku terkenal, 'The Canterbury Tales'. Setidaknya hal ini menurut Andy Kelly, seorang ahli bahasa Inggris dari University of California, Los Angeles, yang menulis buku 'Chaucer dan Cult of St Valentine'.
Baca Juga: Sawah Jaring Laba-laba, Mahakarya Warisan Leluhur di Flores
Chaucer menulis sebuah puisi berjudul Parliament of Fowls (1382), untuk merayakan pertunangan Raja Richard II. Dalam puisi itu, Hari Valentine dirayakan pada 3 Mei, bukan 14 Februari.
"Itu adalah hari di mana semua burung memilih pasangannya dalam setahun," kata Kelly.
"Tak lama setelahnya, dalam satu generasi, orang-orang mengambil ide untuk merayakan Valentine sebagai Hari Kasih Sayang," imbuhnya.
Valentine yang menjadi referensi Chaucer mungkin adalah Santo Valentine dari Genoa, yang meninggal pada 3 Mei. Tetapi orang-orang pada saat itu tidak begitu akrab dengan sosok romantis satu ini.
Mereka lebih akrab dengan kisah Valentine dari Roma dan Terni yang dieksekusi pada 14 Februari, yang lantas dikaitkan dengan cinta.***