Ridwan Kamil Dorong Pembangunan IKN Berprinsip Seperti Membuat Baju

11 Februari 2022, 08:49 WIB
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. /Tangkapan Layar/Instagram/@ridwankamil

LABUAN BAJO TERKINI - Pemerintah terus mematangkan rencana pembangunan kawasan Ibu Kota Negara (IKN) yang berlokasi di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Menurut rencana, lahan yang disiapkan untuk pembangunan Ibu Kota Negara ini mencapai 250.000 hektare.

Menariknya terkait luas lahan ini, Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil justru mengusulkan agar luas lahan untuk pengembangan Ibu Kota Negara harus berprinsip seperti membuat baju.

Luas IKN, kata dia, cukup seperti luas Washington DC di Amerika Serikat, yang hanya 17.000 hektare.

Baca Juga: Ketua DPD RI: Menakertrans Harus Beri Kepastian Hukum Bagi Pekerja Migran Indonesia

"Dengan luas IKN yang luar biasa tersebut, saya khawatir masyarakat yang hendak mengakses istana negara mirip dengan memasuki kawasan industri," kata Ridwan Kamil, dalam siaran persnya, Kamis 10 Februari 2022.

Ia melontarkan ini saat menjadi narasumber dalam acara 'Paradigma Kota dan Arsitektur di Masa Depan, Arsitektur Sebagai Artefak Peradaban dalam Perspektif Istana' yang digelar Ikatan Arsitek Indonesia Nasional, yang digelar secara daring.

Menurut Ridwan Kamil, paradigma membangun dalam skala besar masih terjadi dalam perencanaan IKN.

"Saya kira boros lahan menjadi sebuah kebiasaan di kita. Kalau membangun skala besar itu cenderung suka luas-luasan,” ucapnya.

Baca Juga: Anak Dilarang Belajar, Puluhan Wali Murid Mengadu ke Ombudsman

Dikatakan, apabila IKN didesain sebagai kota yang nyaman untuk ditinggali maka fungsi livability harus dimiliki.

Ia pun mengingatkan bahwa dalam mendesain ruang sebuah kota ataupun IKN, maka pembangunan harus berprinsip seperti membuat baju.

"Tidak sempit dan longgar," tandas Ridwan Kamil.

"Sebenarnya saya tidak suka kampus-kampus di Indonesia yang terlalu jauh-jauh bangunannya. Jadi antar-bangunan harus naik mobil turun mobil dan sebagainya," imbuhnya.

Baca Juga: Ada Tagihan Rp23 Triliun untuk Perawatan Pasien Covid-19

Ia kemudian berharap, pembangunan IKN belajar dari kegagalan-kegagalan di negara lain.

Kegagalan itu seperti terjadi di Brazilia, di ibu kota Myanmar, dan lainnya.

"Kegagalan terjadi lantaran pembangunan fisik berusaha menaklukkan tanah seluas-luasnya, dan lupa bahwa manusia itu punya batas-batas psikologis, batas-batas motoris yang harus disusun," tuturnya.

Ridwan Kamil juga mencontohkan soal Dubai, yang sukses menjadi kota berarsitektur modern, indah dan inovatif, namun tidak nyaman untuk menjalani kehidupan.

Dubai, kata dia, menjadi contoh bagaimana penataan ruangnya tidak bisa menyandingkan yang kaya dan miskin, justru melahirkan ketidakadilan ruang.

Baca Juga: Pebalap MotoGP Akan Maksimalkan Waktu Tiga Hari di Sirkuit Mandalika

"Dan yang saya khawatirkan di tahap berikutnya dari Ibu Kota Negara ini adalah nanti hanya kumpulan katalog arsitektur, kumpulan bangunan - bangunan yang dibahas estetikanya, teori-teori bangunannya, tapi tidak membentuk sebuah peradaban kota," ujarnya.

Ia pun mendorong Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) untuk berperan aktif dalam proses pengembangan IKN tersebut.

Bahkan Ridwan Kamil berharap, IAI bisa menjadi konsultan Presiden Joko Widodo agar proses pembangunan IKN tidak ke luar dari prinsip-prinsip membangun peradaban kota lewat rumus desain, density dan diversity.

"Jadi ini adalah momen bersejarah banget, nggak pernah mungkin akan terulang ya ibukota dua kali, nggak akan terulang lagi," pungkasnya.***

Editor: Marianus Susanto Edison

Sumber: Antara

Tags

Terkini

Terpopuler