Mereka Layak Dikenang, Para Misionaris Eropa yang Berjasa Membangun Manggarai di Berbagai Bidang

- 18 Februari 2023, 18:43 WIB
Mereka Layak Dikenang, Para Misionaris Eropa yang Berjasa Membangun Manggarai di Berbagai Bidang
Mereka Layak Dikenang, Para Misionaris Eropa yang Berjasa Membangun Manggarai di Berbagai Bidang /Labuan Bajo Terkini/Istimewa

LABUAN BAJO TERKINI- Kondisi saat ini Manggarai yang telah terbagi menjadi tiga Kabupaten yakni Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur telah melintasi perjalanan sejarah panjang.

Sejak resmi menjadi Kabupaten otonom pada puluhan tahun lalu, pembangunan di wilayah itu tidak terlepas dari kontribusi Gereja Katolik melalui para misionaris asal benua Eropa.

Para misionaris Gereja Katolik ini datang dari berbagai Negara di Eropa seperti Belanda, Polandia, hingga Jerman.

Baca Juga: Gubernur VBL Putuskan Untuk Tidak Maju Lagi, 8 Nama ini Layak Jadi Pengganti, Ada Jenderal Aktif

Mereka telah masuk ke Manggarai bahkan beberapa wilayah lain di Flores tak berselang lama setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Di Manggarai jejak abdi mereka terus membekas hingga kini, baik di bidang pendidikan, kesehatan, maupun infrastruktur jalan.

Berikut ini adalah para misionaris Eropa yang berjasa untuk pembangunan Manggarai di berbagai bidang.

1. Leo Perik, SVD

Pater Leo Perik/Dok. Seminari Pius XII Kisol
Pater Leo Perik/Dok. Seminari Pius XII Kisol

Pater Leo Perik adalah pendiri Seminari Pius XII Kisol, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, NTT.

Pastor asal negeri Belanda itu mendirikan sekolah calon Imam Katolik itu pada September 1955. Hingga saat ini jejak karya Pater Leo Perik masih bisa dilihat pada beberapa bangunan yang ia bangun semasa ia hidup.

Di Seminari Pius XII Kisol, Leo Perik merupakan tokoh sentral yang menjadi perintis lembaga tersebut berdiri. Saat ini harus diakui, Seminari Pius XII Kisol baik SMP maupun SMA masih menjadi salah satu sekolah favorit di Manggarai maupun di tingkat Nasional.

Alumni Seminari Pius XII Kisol juga telah mengabdi di banyak tempat, mulai menjadi imam yang bertugas di berbagai belahan dunia. Sementara para alumni yang tidak menjadi imam banyak yang menempati posisi strategis di Indonesia.

Pater Leo Perik meninggal dunia pada 6 Oktober tahun 2004 di Belanda.

Baca Juga: Terkait Kenaikan Tiket Masuk di Taman Nasional Komodo, Ini 6 Imbauan Gereja Keuskupan Ruteng

2. Van Yan Ros Malen

Potret Pater Rosmalen
Potret Pater Rosmalen

Sama dengan Leo Perik yang berasal dari Ordo Societas Verbi Disini, misionaris selanjutnya yang memiliki jasa besar dalam sejarah pembangunan Manggarai adalah Van Yan Rosmalen.

Pater Rosmalen, begitu sapaan akrabnya, merupakan misionaris yang berjasa dalam bidang pendidikan di Manggarai. Ia adalah tokoh dibalik STKIP St. Paulus Ruteng yang ini menjadi UNIKA Santu Paulus Ruteng, Universitas Katolik pertama yang ada di Flores.

Pater Rosmalen menginjakan kaki pertama di Manggarai pada 1949 saat usianya masih 29 tahun saat itu. Selain dikenal sebagai pendiri Perguruan Tinggi pertama di Manggarai, ia juga merupakan pendiri sekaligus kepala sekolah pertama SMP Tubi Ruteng.

Mimpi besarnya membangun sekolah tinggi di bumi Manggarai diawali dengan mendirikan Kursus Pendidikan Kateketik (KPK) pada 11 November 1959. KPK lalu bertransformasi menjadi Akademi Pendidikan Kateketik pada 1968.

Kurang dari 20 tahun setelahnya, lembaga itu melalui surat Keputusan Mendikbud Nomor 0360/0/1986 resmi menjadi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) St. Paulus Ruteng.

Pada Mei 2019 lalu, karya Pater Rosmalen itu lalu disempurnakan menjadi Universitas oleh Pemerintah Republik Indonesia. Namun, saat itu Pater Rosmalen sudah tiada. Ia berpulang selamanya pada 2015 pada usia 95 tahun.

3. Stanis Ograbek, SVD

Pater Stanis Ograbek
Pater Stanis Ograbek

Jika dia misionaris sebelumnya merupakan penjara di bidang pendidikan, sosok Pater Stanis terbilang unik. Ia adalah misionaris yang fokus pada pembangunan infrastruktur jalan di Manggarai.

Pastor kelahiran Polandia tahun 1937 ini merupakan perintis beberapa jalan raya yang ada di Flores Barat. Ia tiba di Flores pada era 60 an bersama 20 Pastor lain asal Polandia.

Di Manggarai ia berkarya kurang lebih 30 tahun. Ia adalah sosok Pastor yang berani menantang medan bahaya serta jurang terjal demi membuka keterisolasian karena ketiadaan jalan raya.

Salah satu karya Pater Stanis yang menjadi jejaknya di Manggarai adalah jalan Pela - Ramut di Kecamatan Satarmese dan Satarmese Barat. Pada jalur itu, tebing bebatuan yang dikenal dengan sebutan Kebe Gego di Desa Ngkaer berhasil ia pahat dan menyulap nya menjadi jalan raya.

Tak hanya itu, jembatan batu alam serta jembatan gantung yang menghubungkan jurang di Satarmese Barat adalah karya Pater Stanis yang membekas hingga kini.

Pada 1994, Pater Stanis lalu dipindahkan ke Keuskupan Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Ia menghembuskan nafas terakhir pada 15 Februari 2020 tengah malam di Rumah Sakit RKZ Surabaya, Jawa Timur. Meski telah tiada, namanya senantiasa dikenang.

Baca Juga: Bukan Gubernur dan Wagub, Ternyata ini Pejabat Daerah Paling Kaya di NTT, Kekayaannya di Atas Rp.70 Miliar

4. Ernest Waser, SVD

Pater Ernest Waser/ Facebook Alexander Seriang
Pater Ernest Waser/ Facebook Alexander Seriang

Jika tiga misionaris sebelumya telah tiada, Pastor Ernest Waser atau Pater Waser adalah Satu-satunya sosok misionaris Eropa yang hidup hingga saat ini.

Ia merupakan tokoh dibalik berdirinya Lembaga Pendidikan SMP dan SMA Santu Klaus di bawah naungan Yayasan Ernesto.

Tak hanya mendirikan sekolah Katolik, misionaris asal Swiss ini bahkan turut terlibat dalam pembangunan mesjid untuk umat islam di wilayah pesisir Flores Barat.

Pastor kelahiran 15 Juni 1929 ini mulai berkarya di Manggarai pada 1977. Hingga saat ini Yayasan Pendidikan Ernesto memiliki empat lembaga pendidikan resmi yang terdiri dari SMP dan SMA St Klaus Kuwu dan SMP dan SMA St. Klaus Serang, Manggarai Barat.

Baca Juga: Siapa Wakil Bupati Paling Kaya di Flores? Kekayaan Wabup yang Masih Lajang ini Cukup Fantastis

5. Suster Virgula Schmitt

Potret Suster Virgula/ Istimewa
Potret Suster Virgula/ Istimewa

Bicara mengenai karya misionaris Eropa di Manggarai tidak lengkap jika tidak menyertakan nama Suster Virgula. Biarawati kelahiran Jerman 3 September 1929 ini lekat dengan misi menyelamatkan jiwa para penderita lepra atau kusta di Manggarai.

Jejak karya nya di Manggarai mulai nampak pada tahun 1965 dengan merintis pembangunan balai obat atau poliklinik.

Karya awal Suster Virgula itu menjadi titik awal lahirnya  Panti Pusat Rehabilitas Kaum Difabel dan Kusta St Damian dan Rumah Sakit St Rafael Cancar yang kini menjadi salah satu fasilitas kesehatan rujukan di Manggarai.

Suster Virgula menghembus nafas terakhir pada 26 Juni 2022 di Pusat Konggregasi SSPs di Belanda.

Itulah sosok misionaris Eropa yang memiliki jejak karya di Manggarai yang layak dikenang. ***

Editor: Silvester Yunani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x