"Nanti untuk kelompok ibu-ibu di Dekranasda itu ada fasilitas alat untuk ikan yang bisa diolah jadi abon supaya ada hasil produk olahan seperti abon ikan dan lain-lain, " ungkapnya.
Dia juga berjanji siap membantu memasarkan produk ikan lele milik kelompok St Theresia serta membantu memroses perijinan untuk produk olahan.
Sementara itu, Ketua Kelompok Ikan St. Theresia, RD. Kornelis Ardin menjelaskan, budidaya ikan lele yang dilakukan kelompok yang ia pimpin telah dimulai sejak November 2021 lalu.
Menurut Romo Dino, sapaan akrab RD Kornelis, jumlah benih yang dibantu kementerian awalnya sebanyak 20 ribu. Namun karena jenis air yang digunakan telah terkontaminasi, maka 10 persen benih mati.
Baca Juga: Perkuat Literasi Politik, Julie Laiskodat Apresiasi Kehadiran Politician Academy di NTT
"Yang menjadi kesulitan kami berkaitan dengan air. Kita harapkan ada bantuan untuk sumur bor karena air selokan terkontaminasi dan menyebabkan ikan mati, " kata Romo Dino.
Dia juga mengaku berterima kasih kepada pihak Pemerintah yang telah membantu kelompoknya dengan bibit sehingga bisa memanen ikan lele yang siap dipasarkan.
Ke depan, kata Romo Dino, selain terus membudidayakan ikan lele jumbo, pihaknya akan mengembangkan tanaman hortikultura dengan memanfaatkan pupuk organik dari air pada tempat budidaya ikan lele.
"Air ikan itu mengandung pupuk, Tadi saya minta ada bantuan Green House untuk pengembangan tanaman hortikultura. Selama ini kami sudah tanam dan hasilnya bagus, " ungkapnya.
Dari hasil penjualan ikan Lele yang telah dipanen hari ini, dia mengaku akan memanfaatkan hasil penjualan untuk mendatangkan bibit baru ikan lele jumbo dari Malang, Jawa Timur.