Angka Kematian Karena Gagal Jantung Tinggi, Cegah dengan Hentikan Perilaku 'Mager'

31 Januari 2022, 08:00 WIB
Ilustrasi Serangan Jantung /Pixabay

LABUAN BAJO TERKINI- Mager, istilah untuk perilaku Malas Gerak dialami banyak orang.

Apalagi dengan kehadiran smartphone android, orang banyak memilih seharian bersama gadget di rumah ketimbang mencari suasana lain diuar rumah.

Mager ternyata tidak baik bagi kesehatan jantung kita. Mereka yang malas bergerak ternyata sangat berpotensi alami gagal jantung.

Baca Juga: Tak Perlu Keluar Biaya Perawatan, Cegah Jerawat dengan Cara ini


Hal itu disampaikan dokter spesialis jantung dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PP PERKI), dr. Siti Elkana Nauli, SpJP(K), FIHA, FAsCC, FHFA.

"Mulai aktif bergerak dan tidak berada dalam kondisi malas bergerak (mager). Pandemi COVID-19 bukan suatu penghalang untuk Anda melakukan aktivitas fisik, bisa dilakukan di dalam rumah atau di luar rumah sambil menerapkan protokol kesehatan yang baik," kata Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Gagal Jantung dan Kardiometabolik di PP PERKI itu dalam sebuah webinar, Sabtu 29 Januari 2022.


Selain itu, pola makan sehat, berhenti merokok dan mengendalikan penyakit dasar yang sudah dialami seperti hipertensi dan diabetes tetap terkendali juga tak kalah penting untuk mengendalikan risiko Anda mengalami gagal jantung.

Menurut Siti, pasien yang sudah memiliki penyakit dasar seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, atau diabetes, bukan hanya harus mencapai kondisi stabil tetapi juga menjaganya.

Khusus pada mereka dengan diabetes, kerusakan pada organ mikro dan makro vaskular harus dikenali secara cepat sehingga dokter dapat memberikan pengobatan optimal dan tak berujung perburukan.

Baca Juga: Tips Mencegah Stroke Sejak Dini

Gagal jantung bukan suatu kondisi yang lebih ringan dari kanker dengan angka kematian akibat gagal jantung tiga kali lipat lebih tinggi. Di Indonesia, berdasarkan data dari 2130 pasien dari 11 pusat pelayanan jantung terutama di pulau Sumatera dan Jawa diperkirakan prevalensi pasien gagal jantung mendekati lima persen, atau di atas Singapura dan Malaysia yang berada pada angka 4,5 persen.

Angka ini tak berbeda dengan hasil penelitian berjudul "Heart failure across Asia: Same healthcare burden but differences in organization of care" yang dipublikasikan pada International Journal of Cardiology. Studi itu juga mengungkapkan jumlah penderita gagal jantung di Indonesia yakni sebesar 5 persen dari total jumlah penduduk.

Pada laki-laki dan perempuan ada sedikit perbedaan pada penyebab gagal jantung. Pada perempuan, hipertensi, diabetes menjadi penyebab utama timbulnya gagal jantung. Sementara pada laki-laki, terutama akibat kontribusi penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi dan diabetes.

Baca Juga: Maag Terus Kambuh, Hindari Konsumsi Beberapa Makanan Ini

"Untuk perempuan, kategori penyakit jantung koroner ini tidak banyak ditemukan. Biasanya, kecenderungannya angka mortalitas jauh lebih tinggi karena biasanya baru datang untuk mendapatkan pengobatan dalam kondisi yang sudah lebih berat," tutur Siti.

Siti menekankan pentingnya pencegahan sekunder yakni ketika seseorang sudah terkena penyakit jantung agar jangan sampai mengalami gagal jantung.

Kemudian pencegahan tersier yakni pencegahan pada pasien yang sudah terdiagnosa gagal jantung jangan sampai mengalami perburukan sehingga timbul komplikasi.***

Editor: Silvester Yunani

Tags

Terkini

Terpopuler