Ketidakakuratan data yang ada, demikian Sudin, sangat berdampak pada alokasi pupuk yang tidak tepat sasaran atau bisa saja terjadi penyimpangan.
Sudin menilai, akar permasalahan dari penyaluran pupuk bersubsidi yang tidak tepat sasaran berawal dari data e-RDKK yang tidak akurat.
Baca Juga: Kunjungan Wisman ke Indonesia Anjlok Selama Tahun 2021
"Sebetulnya akar permasalahannya kalau orang tanam pohon tergantung bibitnya, kalau bibitnya bagus hasilnya bagus. Ini dari e-RDKK sudah bermasalah," tegasnya.
Ia juga mempertanyakan kepada Kementan mengenai anggaran sebesar Rp70 miliar setiap tahun yang digunakan untuk mengumpulkan data e-RDKK.
Sudin menilai dana tersebut cukup besar untuk dikeluarkan setiap tahun, namun data e-RDKK justru masih tidak akurat.***