Baca Juga: Penanganan Stunting di Matim, Jefrin Haryanto : Harus Audit Metodologi
"Masyarakat lebih berani bicara ketika Bapak Bupati membuka ruang dialog yang tidak berjarak, " kata Jefrin.
Selain itu sambung Jefrin, ini merupakan cara kita menegaskan diri sebagai Kabupaten dengan Kopi terbaik di dunia
"Bapak Bupati itu tidak terlalu nyaman dengan hal-hal yang dibuat formil dengan protokoler yang ketat. Jadi Kami di protokolpun harus menyesuaikan diri dengan karakter Bapa Bupati yang ramah dan bersahaja seperti ini, "lanjut Jefrin.
Yustinus Andu (56) seorang warga masyarakat dari Kota Komba Utara yang kami temui sesaat setelah bertemu bupati yang murah senyum ini, mengungkapkan apresiasinya terhadap Bapak Bupati.
" Saya bangga sekali, diajak minum kopi seorang Bupati. Macam mimpi saja bisa satu meja, minum kopi dan ngobrol begitu santai,"ungkap Yustinus yang sedang menyampaikan beberapa keluhannya terkait masalah tanah.
Ungkapan senada juga, keluar dari mulut salah seorang rombongan dari kementerian Desa Tertinggal. Dian, demikian ia disapa mengaku sangat menyukai suasana birokrasi seperti yang dilakukan Bupati Agas Andreas.
" Terus terang, kami ini berkeliling hampir dinsemua Kabupaten dan suasana di Matim ini berbeda sekali, kami bisa sedekat dan sesantai ini dengan pejabat sekelas Bupati,"ungkapnya.
Bupati Agas sendiri, mengaku sudah lama meminta ruang ini ditata, supaya ada suasana macam ini.
Baca Juga: Ubah Area Prioritas Pengeboran, Proyek Geothermal Wae Sano Tetap Dilaksanakan