Melalui lagu ini, dikisahkan bagaimana para pemain Caci melintasi kampung-kampung, bukit dan sungai untuk bertemu lawan dan saling adu dalam permainan Caci.
Dalam artian lebih luas, Lempa Golo ingin mengangkat bagaimana para perantau dari Timur melintasi samudera untuk merantau dan menaklukan tantangan hidup.
Baca Juga: Baru Dua Bulan Diresmikan Presiden Jokowi, Proyek KSPN Senilai Rp24 M di Labuan Bajo Mulai Rusak
Garapan aransemen MukaRakat juga memadukan antara bunyi-bunyi tradisional khas NTT dengan musik modern bergaya hip hop.
"Bunyi khas Timur kami blend dengan modern hip hop. Sebab hip hop kan ada di semua genre musik lain. Kalau dengan irama hip hop banyak yang suka, tapi kami tidak lupa memasukan unsur budaya," tandas Lipooz.
Dalam perjalanannya, MukaRakat mengalami pasang surut jumlah personil. Awalnya terdiri dari 8 orang eks personil Ruteng Clan, sebuah komunitas asal Ruteng, Manggarai.
"Kebetulan ketemu lagi di Bali, akhirnya kita hidupkan lagi tapi dengan wajah baru yaitu MukaRakat," pungkas Lipooz.***