Namun karena dunia masih menghadapi pandemi, INDEF memprediksi jumlah tersebut akan jauh lebih rendah.
“Kalau kami lihat perkiraannya, ada situasi Omicron dan gelombang keempat mulai terjadi di banyak negara, maka memang jumlah wisatawan internasional tidak akan bergeser. Masih sekitar 140 hingga 150 ribu per bulan,” tutur Tauhid Ahmad.
Baca Juga: Menengok Sejarah Hingga Pesona 'Negeri di Atas Awan' Wae Rebo
Sementara apabila situasi pandemi mulai membaik dan sebagian negara terdekat mulai membuka pintu keluar-masuk, seperti China, Malaysia, dan Singapura, maka Indonesia memiliki peluang pertumbuhan pariwisata pada level moderat.
Terkait proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2022, INDEF memperkirakan kenaikan dalam level moderat sekitar 5 persen, dengan mempertimbangkan sisi fiskal maupun kondisi faktor pendorong lainnya.
Menurut Tauhid Ahmad, pada tahun depan beberapa sektor di industri pariwisata akan tetap berdampak dengan mempertimbangkan peluang gelombang ketiga, seperti sektor transportasi dan pergudangan serta sektor akomodasi makan dan minum.
Baca Juga: Temuan KPK di Labuan Bajo: Banyak Aset Bermasalah Hingga Pelaku Usaha Lalai Bayar Pajak
Pada skenario biasa, sektor transportasi dan pergudangan diprediksi tumbuh sekitar 5,5 persen. Sedangkan apabila situasi pandemi dapat diatasi dengan baik dan mulai kembali normal, maka diperkirakan dapat tumbuh di atas 6,2 hingga 6,6 persen.
Khusus sektor akomodasi makan dan minum, diproyeksikan tumbuh sekitar 4,9 persen pada skenario biasa dan 5,6 hingga 5,9 persen pada skenario moderat hingga optimis.***