Buku 'Lejong ke Labuan Bajo', Ungkap Sisi Lain Destinasi Wisata Super Premium

- 6 Desember 2021, 07:42 WIB
Buku Lejong ke Labuan Bajo yang ditulis Ketut Efrata (kiri).
Buku Lejong ke Labuan Bajo yang ditulis Ketut Efrata (kiri). /Labuan Bajo Terkini/ Marianus Susanto Edison

LABUAN BAJO TERKINI - Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), kini masuk daftar destinasi pariwisata kelas dunia.

Paras Labuan Bajo semakin molek, setelah mendapat sentuhan dari Presiden Jokowi. Bahkan 'Negeri Biawak' itu juga diberi label tak biasa: destinasi wisata super premium.

Siapa pun yang pernah bertandang ke Labuan Bajo, boleh jadi akan membawa pulang cerita indah.

Tidak saja tentang gemulai indah biawak raksasa Komodo atau rayuan menggetarkan senja di puncak Pulau Padar, namun juga tentang banyak pesona lainnya dari tanah di ujung barat Pulau Flores itu.

Baca Juga: Ansy Lema Kritik Cara Penanganan Kebakaran di Taman Nasional Komodo

Ini pula yang dialami oleh Ketut Efrata Fransiska, salah seorang jurnalis di Bali. Pengalaman berlibur ke Labuan Bajo, bahkan dituangkan alumni Universitas Kristen Petra Surabaya ini dalam sebuah buku berjudul 'Lejong ke Labuan Bajo'.

Versi digital (eBook) buku ini resmi diluncurkan di Kulidan Kitchen & Space, di Gianyar, Bali, Minggu 5 Desember 2021.

Acara peluncuran yang dihadiri oleh sejumlah media dan kerabat ini, sekaligus dirangkai dengan acara Bedah Buku yang dipandu oleh moderator Muhammad Ridwan, yang juga wartawan senior di Pulau Dewata.

Baca Juga: Kunjungi Kampung Adat Wae Rebo, Ini Kesan Sandiaga Salahuddin Uno

Selain mengisahkan keindahan daerah yang kini dipimpin duet Bupati Edistasius Endi dan Waki Bupati Yulianus Weng itu, 'Lejong ke Labuan Bajo' juga banyak mengungkapkan sisi lain destinasi wisata super premium.

Menurut Ketut Efrata, ia ingin bukunya ini bermanfaat bagi banyak orang, terutama bagi masyarakat setempat.

Ide menulis buku ini dimulai ketika ia melakukan perjalanan wisata pada September 2020 ke Labuan Bajo dan melakukan Sailing untuk melihat-lihat keindahan alam di daerah itu.

Baca Juga: Sebanyak 102 Desa di Manggarai Barat Gelar Pilkades Serentak 2022, Belum Ada Juknis

Namun di luar dugaan, perjumpaannya dengan anak-anak remaja setempat membuahkan ide yang kuat untuk kembali dan membukukan kisah remaja-remaja tersebut.

Dari niat itu, keinginannya melebar untuk melihat lebih banyak cerita-cerita manis masyarakat setempat, yang tidak banyak didapatkan dari media-media pada umumnya. Atas kerinduan itulah, Buku 'Lejong ke Labuan Bajo' ini ditulis.

Dalam memulai penggarapan buku ini, Ketut Efrata banyak berkonsultasi dengan Editor yang bernama Komar N Kilalawang (Alm), yang dikenalnya saat mendapatkan pelatihan dari LSPP di Makassar tahun 2010 silam.

Baca Juga: Kunjungan Wisman Naik 21,73 persen di Bulan Oktober

“Jika tidak ada beliau, mungkin buku ini tidak akan ada. Beliau ini yang mendorong dan selalu mendengarkan keluh kesah saat saya merasa ragu,” tutur Ketut Efrata, mengingat kenangannya bersama sang editor yang telah mengadap Sang Pencipta beberapa bulan lalu, tepat saat buku ini hendak naik cetak.

“Satu pesan beliau yang akan saya pegang adalah: jika kamu ragu, ingatlah patokannya adalah bahwa tulisanmu harus memihak kepada kehidupan,” kenangnya.

Sejalan dengan pesan tersebut, Buku 'Lejong ke Labuan Bajo' lebih banyak menulis tentang cerita masyarakat setempat yang masih hidup dalam kesederhanaan.

Baca Juga: Pulau Padar, Salah Satu Magnet Utama Pariwisata Labuan Bajo

Ada kisah keluarga Suciati, yang menempati rumah panggung. Juga anak-anak SD dengan cita-cita yang setinggi langit, meski fasilitas belajar minim dan berdampingan dengan sapi-sapi sekitar.

Hampiri pula uniknya warga di Pulau Rinca yang berdampingan dengan Pulau Komodo.

Dari Labuan Bajo ini, penulis juga ingin agar pembaca bisa belajar untuk hidup dalam damai, meski meyakini dan menyembah Tuhan dengan cara yang berbeda.

“Kisah tentang keindahan alam Labuan Bajo juga ada, tapi sangat sedikit porsinya,” papar Ketut Efrata.

Baca Juga: Ini Lima Tips Politician Academy untuk Para Calon Kepala Daerah dan Caleg Petahana

Hal tersebut, menurut dia, karena sudah banyak media-media yang membahas tentang hal itu. Sementara, belum banyak yang mendokumentasikan kearifan lokal yang ada pada masyarakat.

Padahal, bagi Efrata, hal tersebut sama penting dan seharusnya mendapat porsi yang sama untuk sama-sama diperhatikan.

"Semoga dengan acara Bedah Buku ini, buku Lejong ke Labuan Bajo bisa lebih dikenal oleh masyarakat. Sehingga, makin banyak yang mengenal Labuan Bajo tidak saja dari keindahan alamnya, tapi juga dari keunikan masyarakatnya," pungkas Ketut Efrata.***

Editor: Marianus Susanto Edison


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x