Pengembangan Destinasi Parapuar di Labuan Bajo Akan Selaras dengan Tata Ruang Budaya Manggarai

13 Februari 2024, 20:34 WIB
Plt Dirut BPOLBF Frans Teguh bersama pastor Budayawan Manggarai RD Ino Sutam /Labuan Bajo Terkini

LABUAN BAJO TERKINI-Sebagai Satuan Kerja di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) tentu menaruh perhatian yang intens dalam hal pelestarian budaya melalui pariwisata.

Salah satu yang sedang digalakkan BPOLBF adalah adanya Pendekatan Tata Ruang Budaya: Gendang One, Lingko Pe’ang pada Pengembangan Kawasan Pariwisata Terpadu Destinasi Parapuar.

Hal ini disampaikan secara langsung oleh Plt. Dirut BPOLBF, Frans Teguh saat melakukan diskusi bersama RD. Inosensius Sutam pada Selasa pagi (13/02/2024), di Ruang Rapat Utama BPOLBF.

Baca Juga: BPOLBF Audiensi dengan PLN dan PDAM Mabar Bahas Pembangunan Jaringan Listrik dan Air di Parapuar

"BPOLBF terus berupaya menjadikan budaya sebagai basis nilai dan tonggak pengembangan pariwisata di DPSP Labuan Bajo secara umum dan khususnya di Parapuar. Terkait dengan itu, kami mengusung Pendekatan Tata Ruang Budaya di Parapuar dengan filosofi dan nilai kearifan lokal masyarakat Manggarai yaitu Gendang One, Lingko Peang. Sehingga nantinya, baik dari segi penataan ruang, bangunan, simbol, narasi, interpretasi, wisata edukasi, dan konsep yang ditawarkan di Parapuar juga adalah manifestasi dari filosofi tersebut" jelas Frans.

Gendang One, Lingko Pe’ang merupakan ruang hidup orang Manggarai yang mencerminkan kedalaman nilai-nilai warisan leluhur. Ruang ini secara umum mencakup lima bagian, yaitu Kampung (Beo Bate Elor/ Natas Bate Labar), Rumah Adat (Mbaru bate Kaeng, Mbaru Gendang), Altar Persembahan/ Sesajian (Compang Bate Takung), Kebun (Uma Bate Duat/ Lingko), dan Sumber Air (Wae Bate Teku). adalah ruang hidup orang Manggarai yang mencerminkan kedalaman nilai-nilai warisan leluhur. Ruang ini secara umum mencakup lima bagian, yaitu Kampung (Beo Bate Elor/ Natas Bate Labar), Rumah Adat (Mbaru bate Kaeng, Mbaru Gendang), Altar Persembahan/ Sesajian (Compang Bate Takung), Kebun (Uma Bate Duat/ Lingko), dan Sumber Air (Wae Bate Teku).⁠

Dalam diskusi tersebut, RD Ino Sutam juga menyampaikan beberapa masukan seperti Way of Life Orang Manggarai yaitu Kuni Agu Kalo yang harus benar-benar dimunculkan dalam tata ruang yang akan dibangun di Parapuar.

Romo Ino mengungkapkan bahwa perencanaan tata ruang dengan unsur filosofis ini dianalogikan seperti akar tumbuhan yang sering disepelekan tetapi merupakan bagian paling penting.

Baca Juga: Penanggulangan Insiden Wisatawan, BPOLBF: Koordinasi Terpadu dan Perkuat SOP Wisata Bahari

"Sering kita melihat bahwa bunga, daun, buah, dan menginjak akar. Seperti istilah Wake Caler Ngger Wa, Saung Bembang Ngger Eta, jadi akarnya itu harus kuat" jelas Romo Ino.

BPOLBF ke depannya akan membuat Guidelines terkait Pengembangan Tata Ruang Budaya di Parapuar ini guna membuat Kawasan Parapuar memiliki roh/soul budaya Manggarai. Selanjutnya, Romo Ino diharapkan dapat menjadi Tenaga Ahli/ Narasumber dalam proses Reviu/penajaman Masterplan dan DED Destinasi Parapuar.

Dalam diskusi tersebut Plt. Dirut BPOLBF juga didampingi Direktur Destinasi Pariwisata, Direktur Pemasaran Pariwisata, Kepala Divisi Keuangan, dan beberapa staf BPOLBF. ***

Editor: Silvester Yunani

Tags

Terkini

Terpopuler