Hal tersebut karena Lie Detector saat ini sudah banyak ditinggalkan di negara-negara maju.
Berbeda dengan keterangan polisi yang menyebut jika akurasi Lie Detector hanya 93 persen.
Menurut Ito Sumardi, akurasi alat ini ada di kisaran 60 hingga 70 persen saja.
“Di negara-negara maju lie detector ini juga tidak terlalu dijadikan satu alat yang bisa digunakan, bisa mengecek apakah orang itu menyampaikan suatu keterangan secara akurat atau tidak, secara benar atau tidak," kata Ito Sumardi, Selasa 6 September 2022.
Ia juga menjelaskan, penggunaan alat Lie Detector pada orang yang stres dan nervous biasanya tidak akan berhasil.
Selain itu, jika Lie Detector digunakan untuk menguji orang yang suka bohong maka hasilnya akan sia-sia.
“Demikian pula ada orang-orang yang memang sudah terbiasa (bohong) , biasanya residivis ya, ya itu dia mampu menghandle pertanyaan yang menjebak sehingga hasilnya itu menampilkan pola yang tidak menunjukkan kalau orang tersebut berbohong ya."tegasnya.***