Jangan Hanya Mulut yang Berpuasa! Renungan Harian Katolik Edisi Rabu Abu 14 Februari 2024

- 13 Februari 2024, 23:16 WIB
Jangan Hanya Mulut yang  Berpuasa! Renungan Harian Katolik Edisi Rabu Abu 14 Februari 2024
Jangan Hanya Mulut yang Berpuasa! Renungan Harian Katolik Edisi Rabu Abu 14 Februari 2024 /Pixabay

Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.

"Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.

Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,
supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

I: Demikianlah Injil Tuhan
U: Terpujilah Kristus

Baca Juga: KWI Sambut Baik Pergantian Isa Al Masih Menjadi Yesus Kristus Untuk Penamaan Hari Libur Nasional

Renungan Harian Katolik Rabu 14 Februari 2024


Selamat memasuki Retret Agung 2024. Selama 40 hari ke depan, kita akan mengisi Retret Agung kita ini dengan berpuasa dan berpantang. Biasanya, hari-hari ini umat akan rajin bertanya kepada para pastor tentang puasa dan pantang, meskipun Bapa Uskup sendiri telah menulis Surat Gembala tentang peraturan pantang dan puasa bagi umat Katolik di keuskupannya masing-masing. Berkaitan dengan puasa yang benar, Santo Yohanes Krisostomus berkata, "Janganlah hanya mulutmu yang berpuasa, tetapi juga mata, telinga, kaki, tangan, dan seluruh anggota tubuhmu. Hendaklah tangan berpuasa, dengan tidak melakukan ketamakan dan keserakahan.

Hendaklah kaki berpuasa, dengan berhenti mengejar dosa. Hendaklah mata berpuasa, dengan mendisiplinkan diri untuk tidak memelototi apa yang berdosa. Hendaklah telinga berpuasa, dengan tidak mendengarkan pembicaraan jahat dan gosip. Hendaklah mulut berpuasa dari kata-kata kotor dan kritik yang tidak adil (fitnah, celaan) ."

Perkataan orang kudus ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Nabi Yoel dalam Bacaan Pertama, "Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab la pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. la menyesal atas malapetaka yang hendak didatangkan-Nya" (Yl. 2:13). Kita berpuasa dan berpantang bukan sekadar urusan makan dan minum, tidak makan dan tidak minum. Puasa yang terpenting adalah soal hati: sebuah transformasi atau perubahan dalam hati kita.

Maka, apa yang harus kita lakukan dalam masa Retret Agung ini? Paling tidak, kita semua diajak untuk melakukan tiga hal. Pertama, kita diajak untuk melakukan karya amal kasih. Dalam melakukan karya amal kasih ini, perhatian kita terutama tercurah pada mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel. Kedua, kita diajak untuk semakin bertumbuh dalam doa. Doa menjadi sebuah kebutuhan kita, bukan sekadar sebuah kewajiban. Ketiga, kita diajak untuk berpuasa sebagai tanda pertobatan kita kepada Tuhan.

Pada hari pertama Retret Agung ini, kita semua diajak untuk menyadari kefanaan diri kita. Kita diingatkan, "Dari debu dan akan kembali menjadi debu." Atau, seraya menengadah ke langit kita berseru kepada Tuhan, "Hanya debulah aku, di alas kaki-Mu Tuhan." Itulah seruan tobat bagi kita di hadirat Tuhan. Marilah kita bertobat dan senantiasa membarui diri kita. ***

Halaman:

Editor: Silvester Yunani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x