Tentang Pembangkitan Lazarus, Renungan Harian Katolik Jumat 29 Juli 2022

- 28 Juli 2022, 17:58 WIB
Ilustrasi Yesus saat Berpuasa di Padang Gurun
Ilustrasi Yesus saat Berpuasa di Padang Gurun /Labuan Bajo Terkini/Pixabay

LABUAN BAJO TERKINI- Berikut ini adalah Renungan Harian Katolik edisi Jumat 29 Juli 2022.

Hari ini Jumat 29 Juli 2022 merupakan peringatan wajib Santa Marta, Maria, dan Lazarus dengan warna Liturgi Putih.

Bacaan pertama:  Kid. 3:1-4a atau 2Kor. 4:14-17
Injil: Yohanes 20:1.11-18

Baca Juga: Jangan Sampai Sesat, 3 Tujuan Kesaksian Yehuwa Yang Wajib Dihindari Umat Kristen

Kisah pembangkitan Lazarus

Kisah pembangkitan Lazarus mendemonstrasikan kuat-kuasa Yesus atas persoalan manusiawi dan bukti penyataan-Nya, bahwa Ia adalah kebangkitan dan hidup.

Semua itu didahului dengan Maria dan Marta yang mengirim kabar kepada Yesus kalau saudara mereka, Lazarus, sakit: “Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.”

Penyakit saudara laki-lakinya itu menjadi alasan logis bagi mereka untuk meminta campur tangan Yesus, karena mereka yakin bahwa Yesus akan menolong sahabat-sahabat-Nya. Namun tanggapan Yesus berbeda dan yang mereka harapkan.

Baca Juga: Sekali Seumur Hidup, Ini 5 Tujuan Sakramen Perkawinan Katolik

Mereka berpikir bahwa penyakit merupakan ancaman yang berakhir pada kematian. Bagi Yesus, kesempatan itu bisa dipakai sebagai sarana untuk menunjukkan kuasa ilahi-Nya:

“Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.”

Yesus adalah kebangkitan dan hidup, sehingga sama mudahnya bagi Dia untuk menyembuhkan orang sakit atau membangkitkan orang mati.

Pilihan kedua diambil-Nya demi menumbuh-kembangkan iman bagi kedua perempuan itu dan murid-murid-Nya sendiri.

Oleh karena itu, kata Yesus sesudah kematian Lazarus, “Syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya, mengungkapkan hasrat Yesus untuk mendidik mereka dalam beriman.

Setiba mereka pun di Betania, Lazarus sudah empat hari mati dan kedua saudari perempuannya mengatakan: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak matii".

Baca Juga: Esensi Baptis Dalam Katolik dan Protestan, Apa Bedanya?

Ungkapan ketidakpercayaan akan Yesus yang berkuasa atas kematian, meskipun Marta berpengharapan akan kebangkitan: ‘Aku tahu bahwa la akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.

Ketidakpercayaan juga ada pada orang-orang Yahudi yang simpati dan berkumpul untuk menghibur Marta dan Maria: “la yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati? "

Berhadapan dengan ketidaksempurnaan iman itu Yesus mau menunjukkan kuasa diri-Nya sebagai kebangkitan dan hidup.

Pertama-tama Ia melibatkan emosi-Nya turut berduka dengan terharu dan menangis. Lalu Ia berdoa, yakni bersyukur sebelum melihat hasil dan memohon demi meyakinkan banyak orang bahwa Ia sungguh utusan Allah.

Akhirnya, sebagai penguasa atas kematian, Ia memerintahkan agar Lazarus keluar dari kuburnya. Orang mati itu pun keluar dan tubuhnya dihidupkan kembali sebagaimana keadaanya sebelum sakit dan mati.

Baca Juga: Bacaan Injil dan Renungan Katolik Kamis 28 Juli 2022

Kita kadang masih ragu dengan karya Yesus yang secara manusiawi mustahil terjadi, padahal bagi-Nya apapun dapat Ia lakukan dan tidak ada yang mustahil.

Tidak jarang kita pun putus asa saat derita silih berganti dan kematian mengancam. Mengapa? Marta, Maria dan para murid telah menyaksikan bahwa iman kepada Yesus mendatangkan solusi bahkan saat berhadapan dengan kuasa maut sekalipun.

Kita adalah para pengikut Kristus zaman ini yang seharusnya percaya dan mengandalkan kuat-kuasa Yesus. Apa mau kita sekarang?

Demikian Renungan Harian Katolik edisi Jumat 29 Juli 2022. Semoga Tuhan memberkati. ***

Editor: Silvester Yunani

Sumber: IHS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x