Mengapa Komodo Agresif dan Menyerang Manusia? Ini Beberapa Penyebab yang Wajib Wisatawan Ketahui

- 15 September 2023, 18:57 WIB
Seorang wisatawan sedang berpose bersama seekor Komodo.
Seorang wisatawan sedang berpose bersama seekor Komodo. /Fb Prof. Dr. Freek Vonk/

LABUAN BAJO TERKINI- Kadal raksasa Komodo menjadi salah satu saya tarik utama pariwisata Labuan Bajo saat ini. Keberadaan hewan langka dengan nama ilmiah Varanus Komodoensis ini telah memantik kunjungan turis baik domestik maupun mancanegara ke wilayah itu.

Sebagai satu-satunya kadal raksasa yang masih hidup di dunia, Komodo bukanlah binatang yang jinak dan ramah terhadap manusia.

Di Taman Nasional Komodo yang merupakan habitatnya, hewan yang dilindungi ini menjadi top predator yang berada di puncak rantai makanan diantara binatang lain di sana.

Baca Juga: Biaya Terjangkau! Ini 8 Spot Menarik yang Wajib Dikunjungi di Sekitar Labuan Bajo Saat Berlibur

Berbagai jenis binatang seperti rusa, babi hutan, kuda liat ataupun kerbau liar adalah target buruan Komodo untuk memenuhi kebutuhan makanannya.

Tak hanya binatang liar, pada beberapa kasus, manusia pun jadi sasaran keganasan Komodo. Lantas mengapa Komodo bisa agresif dengan manusia? Berikut beberapa hal yang menjadi penyebabnya.

Sifat Komodo Tidak Bisa Ditebak


Bagi mereka baru pertama kali melihat Komodo, pasti akan berpikir jika binatang tersebut adalah binatang yang tenang dan tidak agresif.

Namun dalam banyak kasus menurut kesaksian para Ranger, sebutan untuk pawang Komodo, serangan binatang tersebut terhadap mangsanya seringkali dalam kondisi yang tak terduga.

Oleh karena itu, para wisatawan yang berkunjung selalu diingatkan untuk menjaga jarak dengan radius tertentu jika ingin melihat Komodo. Hal ini agar mengantisipasi serangan yang mendadak.

Baca Juga: Jumlah Wisatawan Asing yang Ingin Melihat Keindahan Alam Bawah Laut di Labuan Bajo Meningkat

Kecepatan 20 Kilometer Per Jam


Meski kelihatan sering malas malasan dan menghabiskan waktu dengan berdiam di tempat, Komodo akan kelihatan agresif jika sedang mengejar mangsa.

Hasil penelitian menunjukkan, kecepatan Komodo saat mengejar mangsa berada di kisaran 20 kilometer per jam. Jika mengalami hal ini, jalan terbaik adalah berlari dengan cara sik-sak.

Penciuman Tajam


Selain memiliki kecepatan 20 kilometer per jam, Komodo juga dikenal memiliki penciuman tajam. Komodo diketahui bisa mencium bau hingga jarak 8 kilometer meski tergantung arah angin.

Karena hal ini, para wisatawan sangat dianjurkan untuk tidak membawa sesuatu yang memiliki aroma seperti darah atau bangkai. Oleh karena itu bagi wisatawan khususnya perempuan yang sedang datang bulan atau menstruasi dianjurkan untuk tidak melihat Komodo dari jarak dekat.

Baca Juga: Hampir 500 Pesawat Mendarat di Bandara Komodo Selama Agustus, Apa Daya Tarik Labuan Bajo Bagi Turis?

Kasus Gigitan Komodo Menyerang Manusia

Kasus serangan Komodo terhadap manusia suda seringkali terjadi di Taman Nasional. Kasus gigitan Komodo bahkan berujung kematian.

Salah satu kasus gigitan yang cukup menyita perhatian dunia adalah kasus yang mengakibatkan meninggalnya wisatawan asal Swiss.

Turis Swiss bernama Baron Rudolf Reding von Biberegg jadi korban pertama meninggal dunia akibat digigit Komodo.

Lokasi dimana dia meninggal kini dinamai Bukit Rudolf. Korban pertama serangan Komodo tercatat terjadi pada Juli 1974 silam. Korban diketahui bernama Baron Rudolf Reding von Biberegg, wisatawan asal Swiss.

Selain kasus yang menimpa pria yang diketahui berprofesi Fotografer ini, beberapa kasus lain yang mengakibatkan kematian terjadi di Kampung Komodo beberapa tahun lalu. Berdasarkan cerita warga, korban di kampung tersebut adalah seorang balita yang sedang buang hajat.

Baca Juga: Penampakan 'Kaka Botek', Ular Paling Mematikan di Taman Nasional Komodo, Korban Gigitannya Bisa Pendarahan

Itulah beberapa informasi terkait penyebab Komodo menjadi agresif dan menyerang manusia hingga menimbulkan kematian.***

Editor: Silvester Yunani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x