Tentang Pembangkitan Lazarus, Renungan Harian Katolik Jumat 29 Juli 2022

- 28 Juli 2022, 17:58 WIB
Ilustrasi Yesus saat Berpuasa di Padang Gurun
Ilustrasi Yesus saat Berpuasa di Padang Gurun /Labuan Bajo Terkini/Pixabay

Mereka berpikir bahwa penyakit merupakan ancaman yang berakhir pada kematian. Bagi Yesus, kesempatan itu bisa dipakai sebagai sarana untuk menunjukkan kuasa ilahi-Nya:

“Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.”

Yesus adalah kebangkitan dan hidup, sehingga sama mudahnya bagi Dia untuk menyembuhkan orang sakit atau membangkitkan orang mati.

Pilihan kedua diambil-Nya demi menumbuh-kembangkan iman bagi kedua perempuan itu dan murid-murid-Nya sendiri.

Oleh karena itu, kata Yesus sesudah kematian Lazarus, “Syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya, mengungkapkan hasrat Yesus untuk mendidik mereka dalam beriman.

Setiba mereka pun di Betania, Lazarus sudah empat hari mati dan kedua saudari perempuannya mengatakan: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak matii".

Baca Juga: Esensi Baptis Dalam Katolik dan Protestan, Apa Bedanya?

Ungkapan ketidakpercayaan akan Yesus yang berkuasa atas kematian, meskipun Marta berpengharapan akan kebangkitan: ‘Aku tahu bahwa la akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.

Ketidakpercayaan juga ada pada orang-orang Yahudi yang simpati dan berkumpul untuk menghibur Marta dan Maria: “la yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati? "

Berhadapan dengan ketidaksempurnaan iman itu Yesus mau menunjukkan kuasa diri-Nya sebagai kebangkitan dan hidup.

Halaman:

Editor: Silvester Yunani

Sumber: IHS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x