Bacaan Injil dan Renungan Harian Katolik, Jumat 12 Agustus 2022

- 11 Agustus 2022, 21:31 WIB
Ilustrasi Yesus saat Berpuasa di Padang Gurun
Ilustrasi Yesus saat Berpuasa di Padang Gurun /Labuan Bajo Terkini/Pixabay

LABUAN BAJO TERKINI- Sahabat Yesus, Bagaimana aktivitasmu hari ini? Semoga semuanya berjalan lancar.

Apapun yang kita alami dan rasakan, yakinlah Tuhan memiliki rencana indah untuk kita semua.

Sahabat Yesus, berikut ini adalah Bacaan Injil dan Renungan Harian Katolik edisi Jumat 12 Agustus 2022.

Baca Juga: Renungan Harian Katolik Hari ini Kamis 11 Agustus 2022, Apa Susahnya Memaafkan?

Injil: Matius 19:3-12

Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?"

Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?

Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.

Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."

Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?"

Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.

Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah."

Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin."

Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja.

Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti."

Baca Juga: Sekali Seumur Hidup, Ini 5 Tujuan Sakramen Perkawinan Katolik

Renungan

Baik bacaan pertama maupun Injil hari ini menyinggung mengenai perkawinan serta relasi cinta antara laki-Laki dan perempuan.

Relasi ini dipakai untuk menggambarkan hubungan antara Allah dan manusia. Yerusalem dilukiskan dalam bacaan pertama seperti seorang perempuan yang dirawat, dibesarkan dan kemudian dídandani dengan sangat indah oleh Tuhan.

Perempuan tersebut bukannya kemudian setia mengikuti Tuhan namun justru berlaku sundal dengan banyak orang.

Perempuan yang dikisahkan di sini adalah bangsa Israel yang kerap kali tidak setia kepada Allah dan lebih memilih untuk melakukan apa yang menjadi keinginannya sendiri.

Hal ini terjadi dalam sejarah perjalanan bangsa Israel. Walaupun mereka sering tidak setia, namun Allah tidak lupa dengan perjanjian yang telah la adakan. Allah mengampuni segala noda yang telah dibuat oleh umat yang telah Ia pilih.

Perjanjian antara Allah dan manusia adalah perjanjian yang tidak terhapuskan. Itulah mengapa Yesus dalam bacaan lnjul juga mengatakan bahwa apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia.

Relasi antara suami dan istri menghadirkan hubungan antara Allah dan manusia yang tidak terputuskan.

Walaupun manusia sering tidak setia, namun Allah tetap setia. Mari kita membayangkan bagaimana perasaan yang muncul misalnya jika seorang teman tidak menepati janjinya. Contohnya adalah ketika teman tersebut tidak mengembalikan barang yang ia pinjam secara tepat waktu.

Dalam perkara yang kecilpun, kita sudah akan merasa tidak nyaman, jengkel dan bahkan marah.

Apalagi dalam perkara yang besar. Sebenarnya, Allah juga berhak untuk marah apabila kita tidak setia dan menepati perjanjian dengan-Nya. Namun sebagaimana dilukiskan dalam bacaan pertama, Allah tetap setia pada perjanjian, mengampuni pelanggaran-pelanggaran umat-Nya dan membimbing mereka kembali ke jalan yang benar.

Kita bersyukur karena memiliki Allah yang Maharahim dan panjang sabar. Hal ini tidak kemudian membuat kita berkata demikian, “Kalau demikian, saya hidup sesuka saya. Kerena Allah akan mengampuni kesalahan saya.” Sikap seperti ini tidak tepat. Allah menantikan pertobatan.

Allah adalah Allah yang setia. Kita dipanggil untuk setia kepada-Nya. Marilah kita perjuangkan kesetiaan kepada Allah ini dalam kata-kata yang kita ucapkan dan tindakan-tindakan keseharian yang nyata.***

Editor: Silvester Yunani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x