LABUAN BAJO TERKINI – Deputi Pencegahan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) Prasinta Dewi mengingatkan bahaa perempuan memiliki kemungkinan berhadapan dengan ancaman bencana alam yang lebih besar.
Ia mengutip kajian Oxfam, di mana dalam setiap terjadi bencana alam, nonalam dan bahkan konflik sosial, terdapat 60 sampai dengan 70 persen korban adalah perempuan dan anak serta lanjut usia (lansia), termasuk di dalamnya kelompok disabilitas.
“Perempuan dan anak-anak berisiko meninggal 14 kali lebih besar daripada pria dewasa,” papar Prasinta Dewi, mengutip Kristina Peterson dalam 'Gender Issues in Disaster Responses', dalam webinar yang diikuti, Jumat 4 Maret 2022.
Baca Juga: 913 Tambahan Kasus Positif Covid-19 di NTT, Dua Meninggal Dunia
Dalam webinar 'Partisipasi dan Kepemimpinan Perempuan Lokal dalam Manajemen Penanggulangan Bencana' ini, ia menyebut, perempuan sesungguhnya memiliki potensi untuk mengambil peran yang sangat penting dalam penanggulangan bencana.
Peran tersebut dapat dijalankan dalam setiap tahapan penanggulangan bencana, mulai dari prabencana, saat tanggap darurat, hingga masa pemulihan.
Konteks ini didukung BNPB dalam upaya mewujudkan masyarakat tangguh. Namun demikian, kelompok perempuan juga harus mendapatkan kesempatan untuk memperoleh kesetaraan akses, kapabilitas, sumber daya, dan peluang yang setara.
Baca Juga: Togar Situmorang: Menunda Pemilu 2024 Itu Inkonstitusional
Menurut Prasinta Dewi, minimnya akses informasi dan keterlibatan perempuan dalam sosialisasi kebencanaan di tingkat dusun dan desa, menjadi salah satu penyebab tingginya angka korban perempuan akibat kejadian bencana.
Di sisi lain, ketidakhadiran perempuan dalam kegiatan pendidikan bencana, sosialisasi, penyuluhan, latihan atau simulasi kebencanaan, membuat pengetahuan dan keterampilan mereka terkait pencegahan dan penanggulangan bencana menjadi minim.