Pasalnya, selama ini Partai Golkar selalu berada di pemerintahan dan setiap Pemilu menduduki peringkat pertama atau kedua.
Pada Pemilu 2019, Golkar tergeser ke peringkat ketiga, namun perolehan kursi di DPR terbanyak kedua.
"Turunnya elektabilitas Golkar berkorelasi dengan stagnannya Ketua Umum Airlangga Hartarto dalam bursa calon presiden," ujar Leonard.
Baca Juga: Masyarakat Adat Desak Bank Dunia Lanjutkan Pengembangan Geothermal Wae Sano
Selama ini, imbuhnya, bursa calon presiden (Capres) dikuasai oleh nama-nama seperti Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo hingga Anies Baswedan. Sementara, elektabilitas Airlangga Hartarto masih tertinggal jauh di papan bawah.
Menurut dia, jika ingin tetap mengusung Airlangga Hartarto sebagai Capres, Partai Golkar harus menggandeng figur dengan elektabilitas tinggi, misalnya Ganjar Pranowo atau Anies Baswedan.
Pilihan nama tersebut juga masih harus mempertimbangkan koalisi dengan partai-partai politik lain, mengingat adanya ketentuan ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) sebesar 20 persen.
Baca Juga: Menteri Pertanian: 6 Kabupaten Terjangkit Wabah PMK Pada Hewan
Di luar posisi lima besar, hasil lengkap survei elektabilitas partai politik yang dilakukan Indometer adalah PSI meraih elektabilitas 5,2 persen, PKS 4,7 persen dan NasDem 4,2 persen.
Selanjutnya PPP 2,5 persen, PAN 1,8 persen yang masih harus berjuang untuk bisa menembus parliamentary threshold (ambang batas parlemen) empat persen. Selain itu, ada juga partai baru yakni Partai Ummat 1,4 persen dan Gelora 1,2 persen.