Pakar Sebut Varian Baru Corona Berpotensi Mengkhawatirkan

- 17 Februari 2021, 07:00 WIB
Ilustrasi Covid 19/Pixabay
Ilustrasi Covid 19/Pixabay /Ilustrasi Covid 19/Pixabay

LABUAN BAJO TERKINI- Corona yang mulai menjangkit manusia sejak akhir 2019 lalu tak butuh waktu lama menjadi momok menakutkan di seluruh penjuru bumi.

Virus yang bermula terdeteksi di Wuhan, Tiongkok kini terus bermutasi dengan munculnya beberapa varian baru.

Varian baru itu salah satunya dinamai B1525 yang ditemukan di Inggris dan beberapa Negara Eropa.

Baca Juga: Gereja Katolik Manggarai Dukung Langkah Pemerintah Perangi Covid 19

The Guardian edisi Senin 15 Februari 2021 mengulas penjelasan peneliti terkait Varian baru itu.

Temuan peneliti menunjukan ada 32 kasus B1525 di Inggris. Varian serupa juga ditemukan di Negara Eropa lain seperti Denmark.

Tak hanya Inggris dan Denmark, peneliti juga menemukan kasus serupa diluar Eropa seperti di AS dan Australia.

Para ahli menyatakan bahwa varian virus ini berpotensi mengkhawatirkan.

Diketahui, Varian B1525 pertama kali dilaporkan oleh para peneliti dari University of Edinburgh.

Baca Juga: Awalnya Hanya Keras di Bagian Kiri, Kini Perut Herlin Makin Membesar dan Butuh Perawatan
Dengan metode Sekuesing genom, para peneliti mendeteksi varian itu di 10 negara termasuk Denmark, AS dan Australia, dengan 32 kasus ditemukan di Inggris sejauh ini.

Sekuensing pertama kali dilakukan pada Desember 2020 lalu, di wilayah Inggris dan Nigeria.

Peneliti menjelaskan varian baru ini memiliki kesamaan genom dengan varian Kent atau B117.

Yang menjadi kekhawatiran peneliti, varian baru ini mengandung mutasi E484K, yang dapat mengakibatkan lonjakan protein, sehingga membantu virus memasuki sel.

Adapun mutasi E484K ini muncul di Afrika Selatan dan Brasil, yang dianggap dapat membuat virus lebih mampu menghindari antibodi penetral yang diproduksi oleh tubuh.

Baca Juga: Beda Tahun Sebelumnya, Ini Besaran Anggaran Covid-19 di Mabar Tahun 2021

Dr Simon Clarke, Seorang profesor mikrobiologi sel di University of Reading, mengatakan bahwa efek banyaknya sebaran mutasi E484K masih belum jelas.

“Kami belum tahu bagaimana varian (baru) ini akan menyebar, namun jika berhasil dapat diduga kekebalan dari vaksin atau infeksi sebelumnya akan tumpul,” kata Simon, mengutip The Guardian.

"Saya pikir sampai kita tahu lebih banyak tentang varian ini, setiap varian yang membawa E484K harus menjalani uji lonjakan karena tampaknya memberikan ketahanan terhadap kekebalan, bagaimanapun itu yang dihasilkan,"imbuh Simon

Sementara itu, mengenai varian baru virus corona, Profesor Jonathan Stoye dari Francis Crick Institute menyatakan, variasi baru ini memang memuat mutasi yang familiar.

Namun ia lebih menyoroti tentang penyebaran Covid-19 paling berisiko pada kelompok orang yang tidak mampu secara finansial, sehingga tidak dapat mengupayakan tes.

“Begitu Anda mulai memberikan tekanan seleksi pada virus ini, Anda mulai memilih secara khusus hal-hal yang memberinya kemampuan untuk melarikan diri dari respons imun, dan saya pikir itulah yang kita lihat di sini,” kata Stoye.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa penelitian terhadap varian atau mutasi baru, juga berarti perkembangan vaksin Covid-19 saat ini diharapkan dapat menawarkan perlindungan terhadap beberapa varian baru.

“Perubahan (E484K) ini tampaknya menjadi perubahan kunci saat ini untuk memungkinkan pelarian, jadi itulah yang dimasukkan ke dalam vaksin yang diubah,” kata Stoye.***

Editor: Silvester Yunani


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x